Di Tangan Bimo, Werkudara Terus Hidup dan Menghidupi

AZ - Jumat, 19 Januari 2018 16:19 WIB
Bimo dengan wayang Sena hasil karyanya undefined

Halopacitan, Ngadirojo--Gunawan Bimo Putra (23), warga RT01 RW02 Dusun Kebondalem Desa Hadiwarno kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan ini telah berkiprah di dunia seni tatah sungging pewayangan. Tubuhnya yang tinggi besar juga mengingatkan pada sosok Sena yang gagah perkasa tersebut.

Setiap harinya Bimo dengan segala ketekunan dan sengatnya melahirkan sosok-sosok wayang. Laki-laki yang juga terkenal dengan sebutan Bimo Wayang tersebut dikenal memiliki kemampuan tinggi dalam menatah watak-watak wayang dalam berbagai media, terutama kulit lembu atau kerbau. Dari tangannya sudah ribuan wayang. Bimo seperti menjadi salah satu benteng terakhir yang menjaga seni asli Indonesia ini tetap bertahan hidup.

Kemampuan ini dia dapat secara otodidak dan dia kembangkan dari masih duduk bangku SMP. Berbagai bahanpun saya pakai. Dari kertas karton, karpet talang, kulit sapi dan kulit kerbau.

Wayang yang menggambarkan Seno bertarung dengan dua raksasa yang dikenal sebagai Kalanjaya-Kalantaka karya Gunawan Buimo Putra/Eric Arkan

Tetapi tidak mudah untuk mendapat bahan kulit itu sendiri. “Biasanya kulit sapi dan kerbau saya dapat dari Solo. Itupun di hari hari tertentu. Misal kemaren terakhir saya dapat bahan baku kulit kerbau dari Solo pada 7 November 2017 yang kebetulan bertepatan dengan acara hari wayang sedunia,” katanya kepada Halopacitan Jumat (19/01/2018).

Peminatnya ternyata cukup banyak, dari wayang kreasi terbaru, wayang miniatur, dan wayang standart pedalangan. Tidak hanya kalangan dalang, orang awampun banyak memesan. Dari harga Rp100 ribuan hingga jutaan. “Selain ini menjadi hobi, ini adalah profesi saya,” ujarnya

Tergabung di komunitas Balane Ki Entus Susmono semenjak lima tahun lalu dirinya mengaku sangat lebih mudah untuk berkreasi. Dari wayang-wayang yang dia buat, banyak sekali wayang yang sudah di mainkan para dalang dalang kondang, bahkan dalang luar Pacitan sekalipun. Seperti Dalang Ki Fajar Ariyanto (Pacitan), Ki Dwi Hartanto (Tanjung Puro), Ki Sarimin (Sembowo), Ki Misrom (Wonokarto), Ki Bima Setyo Aji (Banyu Mas) dan masih banyak lagi.

Bimo juga sering dapat undangan peresmian berbagai sanggar. Seperti peresmian sanggar Samiaji di Yogyakarta,Musium Fatahilah Jakarta, Saat Hari Wayang Dunia di Solo dia bergabung dengan sanggar Swargaloka. Dia juga mendapat penghargaan dari Edi Baskoro Yudhoyono saat menjabat sebagai anggota DPR RI.

Tujuan Bimo sendiri selain hobi, dalam dunia pewayangan agar anak muda Indnesia bisa mencintai, berinovasi seni budaya sendiri dan melestarikan. Tidak malah justru berkembang di luar negeri.

Bimo sedang mengerjakan tatah sungging/Eric Arkan

“Lewat jalur inilah menurutnya, saya mengajak kawan-kawan generasi muda untuk kembali mencintai kesenian asli Indonesia yaitu wayang, supaya tetap lestari dan tidak terkikis atas perkembangan zaman dan supaya tidak diakui oleh negara lain,” harapnya.

Bimo juga berpesan, orang jawa harus tetap menjadi Jawa. Berani berinovasi dalam mengembangkan wayang supaya tetap dicintai. Agar pengembangkan wayang, melestarikan warisan nenek moyang, mengenalkan wayang wayang inovasi terbaru kepada generasi muda.

Tokoh wayang werkudara di antara kakayon/Eric Arkan

Akhirnya Gunawan Bimo Putra adalah gambaran ketika dia dengan sepenuh hati menjaga seni, maka seni itu akan menghidupinya. Inilah Kisah nyata ketika Bimo menjaga Werkudara, maka Werkudara pun menjaganya. (Eric Arkan).

Bagikan

RELATED NEWS