Dibangun dengan Biaya Rp6 Miliar, Etalase Geopark Pacitan Terbengkalai

AZ - Selasa, 16 Oktober 2018 08:41 WIB
Etalase Geopark Pacitan di Pancer Door undefined

Halopacitan, Pacitan—Bangunan megah dengan bentuk unik itu terlihat lengang. Hampir tidak ada pergerakan manusia di sekitar bangunan yang sebenarnya masih terlihat baru tersebut. Rumput-rumput di halaman dibiarkan kering tak terawat. Sementara beberapa bagian bangunan tampak catnya dibiarkan mengeluoas.

Di pos penjagaan masuk terpampang tulisan ‘Wisata Pengetahuan Etalase Geopark Global Gunung Sewu Kabupaten Pacitan’. Di dekat tulisan tersebut, tertempel di kaca jendela pos penjagaan terpampang juga jadwal buka dan harga tiket masuk sebesar Rp5.000.

Sayangnya, di atas jadwal dengan jelas tertulis ‘Mohon Maaf Sementara Tutup. Bersih-Bersih dan Perbaikan Pasca Banjir’. Banjir yang dimaksud adalah bencana yang terjadi pada November 2017 lalu, tetapi ternyata sampai sekarang atau hampir satu tahun, tempat itu tak juga kunjung beroperasi.

Itulah gambaran sekilas tentang Etalase Geopark yang pada masa lalu butuh perjuangan untuk membangunnya hingga diresmikan pada 2014 lalu.

Berdasarkan catatan yang ada fasilitas seluas 600 meter persegi itu dibangun dengan anggaran Rp6 miliar dengan rincian Rp2,4 miliar dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kemudian untuk objek isian senilai Rp3,6 miliar dari Kementerian ESDM.

Etalase Geopark ini dibangun sebagai upaya untuk mendukung penetapan kawasan Geopark Gunungsewu sebagai situs warisan dunia dan masuk dalam Global Geopark oleh PBB.

Upaya ini berhasil ketika pada 21 September 2015 dalam konferensi Asia Pasifik Geopark Global Network di Sanin, Kaigan, Jepang UNESCO menetapkan Geopark Gunungseu sebagai warisan dunia dan masuk dalam Global Geopark Network (GGN).

Geopark Gunungsewu merupakan kawasan karst seluas 1.802 km2 yang terbentang sepanjang 120 km dari Pantai Parangtritis Daerah Istimewa Yogyakarta hingga Teluk Pacitan Provinsi Jawa Timur.

Tetapi sayang saat perjuangan berhasil, kini kondisi etalase ini sangat mengenaskan. “Terakhir dibuka sebelum bencana banjir. Setelah bencana dilakukan penutupan sementara. Namun jika ada tamu dari luar kota masih dibukakan namun dengan kondisi yang seadanya,” Kata Rudiansyah Tenaga Teknis Etalase Geopark Pacitan Senin (15/10/2018).

Saat ini Etalase Geopark Pacitan memiliki lebih dari 40-an koleksi batuan seperti andesit, stalakmit, stalaktit, batu gampingan dan batu rijang. Ada juga pelalatan manusia prasejarah dan fosil cangkang kerang purba laut.

Sebenarnya sejak diresmikan sejak 12 juli 2014 tempat ini mulai mendapat tingkat kunjungan yang didominasi kalangan pelajar dan mahasiswa. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Pacitan, dari tahun 2014 sampai tahun 2015 tercatat lebih dari 2.000 pengunjung dan pada tahun 2016 mencapai 5.000 lebih wisatawan.

Namun bencana banjir dan longsor pada November 2018 menjadi awal dari mimpi buruk. Sejak saat itu tempat ini ditutup dan nyaris tak difungsikan.

Situasi diperburuk tidak jelasnya siapa yang mengelola tempat tersebut. Pamuji Kasi Tata Kelola Destinasi Pariwisata, Dinas Pariwisata Pacitan mengatakan penanganan Etalase Geopark memang sedang masa transisi dari sebelumnya dikelola oleh Bidang Kebudayaan ke Dinas Pendidikan”.

“Sementara untuk pemeliharaan etalase khususnya dikelola oleh Dinas Pendidikan, untuk kebersihan luar [halaman] dan jaga malam ditangani Dinas Pariwisata,” katanya.

Bagikan

RELATED NEWS