Gempa Banjarnegara dan Mewaspadai Kekuatan Tidur Sesar Grindulu

AZ - Senin, 23 April 2018 09:12 WIB
Gempa Banjernegara undefined

Halopacitan, Pacitan—Gempa bumi di Banjarnegara yang terjadi Rabu (18/04/2018) sebenarnya termasuk kecil karena hanya berkekuatan 4,4 Skala Richter. Orang cenderung berpikir gempa bumi dengan kekuatan di bawah 5 SR kecil kemungkinan akan menimbulkan kerusakan.

Biasanya, kerusakan bangunan atau infrastruktur lainnya terjadi akibat guncangan gempa yang kuat atau di atas magnitudo 5.

Meski magnitudonya kecil, ternyata guncangan gempa dirasakan kuat oleh masyarakat di wilayah tersebut. Berdasarkan model peta tingkat guncangan (shakemap), tingkat guncangan terbesar terjadi di Kecamatan Kalibening, Banjarnegara pada Skala II SIG-BMKG (IV s.d. V MMI). Hampir 1000 rumah dan fasilitas umum rusak akibat gempa tersebut dan ribuan warga mengungsi.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa gempa yang mengguncang Banjarnegara merupakan gempa dangkal karena kedalaman pusat gempa hanya empat kilometer.

Gempa Unik

Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa tersebut merupakan gempa dangkal akibat aktivitas sesar lokal dengan mekanisme kombinasi pergerakan mendatar dan naik (Oblique Thrust Fault).

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebutkan gempa Banjarnegara sangat unik karena magnitudonya kurang dari 5 tetapi skala MMI bisa mencapai IV dan V.

"Ini terjadi akibat aktivitas sesar atau patahan aktif yang sifatnya lokal, terutama di situ daerah yang terguncang tersusun atas elemen sedimen yang lunak dan lepas sehingga guncangannya terasa kuat," kata Dwikorita sebagaimana dilansir Antara.

Sesar lokal tersebut merupakan patahan baru yang belum teridentifikasi dalam peta sumber dan bahaya gempa bumi yang dikeluarkan pada tahun 2017.

Masalahnya Pacitan juga memiliki patahan sejenis. Dari beberapa patahan lokal yang sudah diketahui di seluruh Indonesia, salah satunya ada di Pacitan yang dikenal sebagai Sesar Grindulu.

Patahan yang lain adalah Semangko yang membentang di Pulau Sumatera, yakni dari bagian utara hingga ke selatan yang dimulai dari Aceh hingga ke Teluk Semangka di Lampung.

Patahan Opak yang memisahkan dataran tinggi perbukitan Wonosari Gunungkidul dengan dataran rendah Yogyakarta juga menjadi salah satu penyebab gempa DIY 2006 begitu kuat dan menghancurkan. Patahan yang tidur lama itu ternyata aktif kembali.

Pada 2011 suara gemuruh sempat mengejutkan warga di Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Trenggalek. Hasil analisis Tim Pusat Vulknologi dan Mitigasi Bencana Geologi sebagaimana dilansir National Geographic, saat itu menyebutkan bahwa getaran-getaran gempa kecil dan suara-suara gemuruh di dalam tanah yang terjadi di sekitar Gunung Wilis di wilayah Trenggalek dan sekitarnya di Jawa Timur disebabkan aktivitas Sesar Grindulu.

Tim menilai telah terjadi gesekan blok batuan dengan blok tanah pada lokasi Sesar Grindulu dan sesar-sesar kecil di sekitarnya. Penyebabnya bisa jadi curah hujan yang tinggi yang menimbulkan gaya gravitasi dan akibat gaya-gaya tektonik lainnya. Jika benar, maka aktivitas sesar tersebut patut diteliti secara saksama. (AZ)

Bagikan

RELATED NEWS