Melacak Jejak Manusia Purba Pacitan (Bagian Terakhir): Mendunia Tetapi Masih Penuh Teka-Teki

AZ - Minggu, 03 Maret 2019 09:02 WIB
ilustrasi undefined

Halopacitan, Pacitan—Industri kapak perimbas-penetak dibedakan secara tegas dengan industri kapak genggam (Acheulian) di Eurasia bagian barat dan Afrika selama masa Homo erectus.

Hasil penelitian para ahli, kapak perimbas bahan bakunya adalah batuan tuf terkersikkan, batu gamping terkersikkan dan fosil kayu, serta batuan serpih dan serpihan. Batu gamping terkersikkan dan tuf paling banyak digunakan kemungkinan karena sifatnya yang keras, tetapi retas jika dipukul sehingga memudahkan pembuatan alat. Batu gamping oleh warga Pacitan disebut sebagai batu rijang

Pacitan memiliki banyak batuan andesit, tetapi sangat jarang digunakan sebagai bahan baku karena mungkin kualitasnya tak sebaik batuan terkersikkan.

Dalam buku Early man and Pleistocene stratigraphy in South and East Asia yang ditulis Movius disebutkan kelompok Pacitanian secara umum dapat dibedakan menjadi alat-alat serpih dan alat-alat batu inti.

Sebagaimana ditulis GeoMagz, teknik perolehan bahan baku sangat menarik. Balok-balok besar batuan kersikan ditemukan di lembah Baksoka dan manusia prasejarah tampaknya memukulkan batu pada balok-balok batuan ini untuk memperkecil ukurannya. Beberapa serpih besar dipakai sebagai bahan untuk menghasilkan alat serpih dan bilah yang lebih kecil. Ukuran serpih-serpih sangat bervariasi.

Kapak perimbas dicirikan oleh ketajaman yang dibentuk melalui pangkasan monofasial atau satu muka dari sisi ujung ke arah pangkal untuk menciptakan sisi tajaman yang membulat, lonjong, atau lurus.

Sedangkan kapak penetak dicirikan oleh pangkasan bifasial atau dua muka, juga dari bagian ujung ke arah pangkal alat. Sering pemangkasan dilakukan berselang-seling ke masing-masing bidang sehingga menciptakan tajaman berliku.

Sebagai suatu budaya paleolitik yang mendunia, alat-alat Pacitanian masih tetap menjadi teka teki tentang siapakah pembuatnya. Apakah Homo erectus, manusia Wajak (Homo wadjakensis) atau Homo sapiens.

Terdapat dua hal yang menyulitkan untuk menjawab teka-teki ini yakni tidak ditemukannya fosil hominid atau manusia pembuatnya, dan penentuan posisi lapisan-lapisan batuan yang mengandung peralatan paleolitik di Kali Baksoka tidak dapat dilakukan sebab semua artefak ini ditemukan sebagai bahan rombakan di dasar atau tebing sungai, sehingga umurnya belum diketahui dengan pasti.

Meskipun demikian, berdasarkan beberapa kesebandingan regional, misal dari segi bentuk, dengan situs-situs lain di wilayah Pacitan, terutama dengan situs Song Terus yang diteliti dengan detail sampai lapisan tertua (300.000 yang lalu), diperkirakan bahwa umur paleolitik Kali Baksoka adalah lebih tua Karena itu, kemungkinan pembuatnya adalah Homo erectus progresif yang hidup di akhir Plistosen Tengah hingga awal Plistosen Akhir.

Jejak manusia purba di Pacitan yang telah begitu panjang membuktikan daerah ini telah memiliki peradaban tua yang terus berkesinambungan. Pacitan telah mengikuti gerak perubahan dari masa kemasa hingga menjadi sekarang ini. Sesuatu yang tidak semua sistem budaya bisa menikmatinya. Peradaban panjang itu pula yang mau tidak mau telah membentuk bagaimana karakter dan sifat orang Pacitan sekarang ini. (Selesai)

Bagikan

RELATED NEWS