Mengandalkan Dua Kaki, Deva Tak Menyerah Membangun Masa Depan

AZ - Rabu, 24 April 2019 13:56 WIB
Deva Meiza Pradana undefined

Halopacitan, Pacitan—Deva datang ke sekolahnya sekitar pukul 09.00 dengan di antar kedua orang tuanya menggunakan sepeda motor. Hari ini ia akan menghadapi ujian nasional hari ketiga untuk mata pelajaran Bahasa Inggris.

Dipapah sang ayah Sukarjiono menuju kursi roda, Deva tampak segar dan ceria. Senyumnya terkembang saat menyapa beberapa kawan yang sudah dahulu hadir. Deva, adalah salah satu penyandang tuna daksa yang sudah sembilan tahun bersekolah di SLB YKK, sebuah yayasan yang menaungi anak-anak berkebutuhan khusus di Pacitan yang berdiri sejak tahun 1975.

Kondisi tubuhnya membuat pemilik nama lengkap Deva Meiza Pradana itu harus melakukan hampir semua aktivitas dengan kakinya, termasuk menulis. Namun hal itu tidak membuat dia kesulitan untuk melakukannya. Di kedua kakinya Deva tetap semangan membangun masa depan seperti anak-anak yang lain.

Tidak hanya menulis, Deva yang memang mengaku menggemari game online ini juga menggunakan kedua kakinya untuk memainkan Mobile Legend yang sedang tenar saat ini. Bahkan ia sudah mencapai level Grand Master.

"Saya ingin ikut kompetisi game online, namun belum ada kesempatan. Lagi pula kemampuan saya belum terlalu hebat", ucap Deva sambil tertawa Rabu (24/04/2019).

Deva yang mengaku paling suka mata pelajaran Matematika ini juga rajin berlatih alat musik keyboard, sudah banyak lagu yang ia kuasai.

Sukarjiono ayah Deva mengisahkan dahulu Deva lahir prematur, dan dalam pertumbuhannya mengalami kelemahan tulang punggung. "Lahirnya saat usia kandungan baru 6 bulan, bobot Deva saat itu hanya 14 ons, lahir di RSUD Pacitan,” jelas pria yang sehari-hari bertugas di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pacitan itu.

Menurut Sukarjiono, yang membanggakan dari Deva adalah ia tidak pernah merasa minder sedikitpun terhadap kondisinya. "Baik di sekolah maupun dirumah, ia tetap ikut bercanda dan bermain bersama teman-temannya, walaupun untuk melakukan segala sesuatu ia harus menggunakan kaki,” sambungnya.

Sementara itu Kepala Sekolah SLB YKK Toto Margono menjelaskan saat ini di SLB YKK memiliki 84 siswa dari berbagai jenjang. Berbagi pengalaman di dunia pendidikan luar biasa, Toto yang sudah mengajar di SLB tersebut sejak tahun 1986 mengatakan bahwa pada dasarnya setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan, tidak terkecuali anak-anak yang mempunyai kekurangan atau cacat baik sejak lahir atau karena kecelakaan.

“Jika dididik dengan benar, diarahkan dan dikembangkan sesuai minat dan potensi, anak-anak berkebutuhan khusus ini tidak akan menjadi beban. Pengalaman saya sekian tahun banyak siswa dari sini yang berhasil hidup di masyarakat. Seperti Deva, walaupun menyandang tuna daksa sehingga mempunyai keterbatasan gerak namun ia bisa berprestasi di bidang IT,” ucap Toto.

Untuk itu Toto berharap kepada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus jangan malu dan malas untuk mengenalkan anaknya kepada dunia pendidikan.

Bagikan

RELATED NEWS