Menjaga Langgam Jawa Tetap Mengalun di Jiwa Anak Muda

AZ - Minggu, 20 Januari 2019 11:29 WIB
Penampilan dari salah satu peserta finalis Kontes Nembang Campursari 2019 di Panggung Utama Pendopo Kabupaten Pacitan Sabtu (19/012/2019) malam. undefined

Halopacitan, Pacitan—Sejumlah pelajar baik putra maupun putri berjuang keras untuk menampilkan segala kemampuannya dalam Kontes Nembang Campursari 2019 Tingkat Pelajar. Mereka harus menampilkan campursari klasik.

Acara yang digelar komunitas seni Pacitan dan Bank Jatim serta Paguyuban Pace Soundistem ini cukup menarik karena setidaknya mengemban dua misi. Pertama mempertahankan campursari klasik yakni campursari yang tetap diiringi musik tradisional seperti gamelan dan kombinasi musik modern.

Dalam beberapa tahun terakhir, campursari klasik yang sebenarnya sudah merupakan modernisasi dari gamelan karena dimasukkan unsure modern seperti organ dan drum justru semakin menjauh dari akarnya. Banyak pentas campursari yang murni menggunakan alat modern dan meninggalkan gamelan sama sekali. Selain itu semakin sulit dibedakan antara campursari dan dangdut.

“Banyak pelaku musik di Pacitan mengurangi penggunaan lagu daerah dan meninggalkan komposisi musik tradisional serta beralih ke instrumen musik modern. Hal tersebut lama kelamaan akan membuat seni budaya asli daerah akan semakin ditinggalkan dan dikhawatirkan akan punah,” kata Tessy Daryono Ketua Kontes Nembang Campursari 2019 kepada Halopacitan.

Misi kedua adalah melestarikan seni tradisional di kalangan pemuda. Diakui atau tidak, pemuda Indonesia juga semakin jauh dari akar budayanya karena lebih menyukai seni dan budaya bangsa lain. Hal ini menjadikan bibit campursari pun semakin sulit dicari.

“Khususnya campursari klasik ini semakin ditinggalkan, soalnya banyak pelaku seni yang lebih tertarik pada lagu-lagu modern. Walaupun masih ada masyarakat yang bertahan dengan seni budaya jawa ini, namun itu minoritas,“ tambahnya.

Dia berharap dengan kontes ini, langgam campursari tetap bisa tumbuh di kalangan generasi muda. “Mengajak para pelajar untuk mencintai budayanya sendiri, ben trisno karo budayane dewe [biar cinta dengan budayanya sendiri],” pungkasnya.

Bagikan

RELATED NEWS