Saat Rumput Menjadi Barang Sulit dan Mahal

AZ - Kamis, 16 Agustus 2018 11:10 WIB
Rumput gajah yang dijual di pasar hewan Desa Semanten Pacitan, Kamis, (16/08/2018). undefined

Halopacitan, Pacitan—Beberapa pedagang hijauan pakan ternak mengaku kesulitan mendapatkan air untuk merawat tanaman di ladangnya, sehingga mau tidak mau harga pakan tersebut harus dinaikkan.

"Saat ini hampir semua jenis hijauan pakan ternak harganya naik, apalagi yang rumput kecil susah mencarinya karena stok di alam berkurang, selain sulit cari air untuk perawatan," kata Arjo Teguh (78) warga Desa Nanggungan, salah satu pedagang rumput untuk pakan ternak di Pasar Hewan Desa Semanten, Kamis (16/08/2018).

Tingginya permintaan pasar menjelang Idul Adha juga menjadi penyebab kenaikan harga. Harga rumput gajah pada dua bulan sebelumnya hanya Rp8.000-Rp10.000, kini Rp 12.500 per ikat. Sedangkan damen [batang padi] harga tetap sama Rp10.000. “Kenaikan sekarang lagi tinggi-tingginya dan kami tidak mengurangi besarnya ikatan," terangnya.

Ia menambahkan, jenis rumput gajah paling laku keras karena menjadi makanan pokok sapi menjelang Idul Adha agar berat badannya terjaga. "Hanya saja rumput gajah harus dirawat yang baik dengan penyiraman yang cukup, dan rata-rata bisa laku sekitar 30 ikat per hari," tambah Arjo.

Pedagang mengambil cara berbeda untuk mensiasati sulitnya mencari rumput dan kenaikan harga. Agar harga tidak terasa naik terlalu tinggi pedagang biasanya memilih mengurangi besaran ikatan rumput.

"Sumber air dari sumur untuk penyiraman sudah berkurang atau tinggal sedikit saja. Sehingga dengan cara pengurangan ikatan ini bisa menjaga harga tetap stabil," kata Munawaroh, salah satu pedagang hijau pakan ternak yang ada di di pinggir jalan wilayah Dusun Krajan Desa Semanten.

Dengan pengurangan besaran ikatan ini maka harga yang diterima pembeli tetap Rp10.000 per ikat meski dengan volume yang lebih kecil. (Sigit Dedy Wijaya)

Bagikan

RELATED NEWS