Halopacitan, Pacitan—Sega berkat adalah nasi bungkus dengan menu yang cukup sederhana seperti oseng, mi, urap, tempe, tahu dan sebagainya. Dibungkus dengan daun jati, rasanya benar-benar khas dan biasanya sangat pas untuk sarapan.

Nasi atau sega berkat ini dulunya adalah menu yang biasanya digunakan dalam hajatan yang diberikan tuan rumah untuk dibawa pulang tamu dan orang-orang yang bekerja membantu selama hajatan. Makanya disebut nasi berkat.

Seiring waktu, kemudian nasi ini menjadi khas Pacitan dan kini banyak dijual di berbagai sudut daerah yang dikenal sebagai Kota 1001 Goa tersebut.

Salah satu cikal-bakal penjual nasi berkat di Pacitan adalah warung sega berkat Mbok Maryani yang berada di Dusun Krajan III, Desa Semanten, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan yang didirikan pada tahun 1989.

“Saat itu belum ada penjual sega berkat selain saya, pada awalnya saya berjualan di Sekolah Dasar (SD) samping rumahnya kala itu,” kata Maryani (58) Senin (29/10/2018).

Menu Sega berkat Mbok Maryani (Halopacitan/Eko Prasetyo).

Seiring waktu, konsumennya semakin banyak. Warung buka pukul 06.00 sudah mulai diserbu pembeli, hingga tidak sampai pukuk 09.00 pagi daganganya ludes terjual. Pembelinya berasal dari semua kalangan, dari rakyat biasa hingga pejabat.

Untuk mempersiapkan jualannya ia dibantu suami dan anaknya, “Jam 03.00 pagi sudah mulai memasak mulai nasi berkat, kering tempe, rempeyek udang, srundeng, urap, dan berbagai jenis gorengan,” tambahnya.

Dalam sehari rata-rata dia menghabiskan 10 kilogram beras dan 150 lembar daun jati, untuk melayani para pelanggan sego berkatnya. Harganya cukup murah yakni Rp4.000 per bungkus. “Harganya murah, ada nasi kuningnya juga, selain itu rasanya berbeda dengan sega berkat di penjual lainya, yang kebanyakan terlalu manis kadang juga asin” kata Yayuk Triastuti (33) salah seorang pembeli.