Temukan Latah Gaya Baru, Perempuan Pacitan Ini Jadi Doktor ke-444 UNS

AZ - Rabu, 13 Februari 2019 18:39 WIB
Sri Pamungkas saat ujian terbuka doktor undefined

Halopacitan, Pacitan—Sri Pamungkas namanya, perempuan yang beralamatkan di RT 01, RW 04 Desa Tanjungsari Kecamatan/Kabupaten Pacitan ini mengaku memiliki motivasi untuk terus mengembangkan keilmuan, terlebih ilmu bahasa yang oleh sebagian orang masih dianggap kurang berkontribusi.

"Maka dari itu saya tergelitik setelah menyelesaikan program magister di UNS dan kemudian studi lanjut ke jenjang S3," ujarnya, Rabu (13/02/2019).

Tetapi semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh, tantangan yang dihadapi juga semakin sulit. Hampir segalanya dipertaruhkan, baik waktu, tenaga hingga financial. Bahkan tak jarang keluarga pun kerap menjadi korban.

"Untung saya mempunyai suami yang selalu mensuport, sehingga semuanya bisa terlewati dengan indah, walaupun rintangan menghadang," kata

Dari hasil ujian terbuka promosi doktor pada 11 Februari 2019, perempuan yang akrab disapa Bu Mamung ini berhasil menjadi doktor ke-444 dan doktor ke-173 program doktor linguistik yang lulus dari UNS. Dia berhasil lulus dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,81.

"Tentunya sangat bersyukur, saya hanya berasal dari keluarga biasa, ayah (alm) pensiunan dan ibu (alm) penjual ayam di pasar," ungkap istri Deny Sudrajat yang menjadi komisioner Panwascam Kecamatan Pacitan.

Dalam penelitian sebagai syarat meraih gelar doctor, Sri Pamungkas mengangkat tema ekspresi verbal pada individu berperilaku latah di Jawa Timur. Lokasi penelitian dilakukan di Jombang dan Pacitan dengan sudut pandang keilmuan psikolinguistik.

Dari penelitian itu ditemukan jenis latah baru yang pada penelitian sebelumnya belum teridentifikasi, yakni clutterlalia dan utomatic obedience yakni melaksanakan perintah secara spontan pada saat terkejut.

"Kemudian juga ditemukan bentuk-bentuk penyimpangan bahasa atau penyimpangan linguistik, kesalahan sintagmatik, kesalahan paradigmatik, kesalahan wacana dan kesalahan referensi," paparnya.

Di Pacitan, latah memang tidak se ekstrem di daerah lain, karena hanya terjadi pada laki-laki berpendidikan tinggi dan perempuan berpendidikan rendah.

"Latah yang terjadi di Pacitan tidak sekompleks di wilayah lain, yaitu coprolalia [mengucapkan bentuk lingual yang merujuk pada alat kelamin laki-laki dan perempuan], echolalia [menirukan ucapan orang lain], auto ecolalia [mengulangi ucapan yang baru saja diucapkan], clutterlalia [berbicara kacau, tidak sinkron antara pertanyaan dengan jawaban]," terang ibu dua anak tersebut.

Latah, kata Bu Mamung, hanya terjadi di Indonesia dan Malaysia, hal itu berdasarkan kajian dari penelitian terdahulu. Pada awalnya, latah hanya terjadi pada wanita berpendidikan rendah dan kelas ekonomi rendah dan saat ini mulai meluas, terjadi pada laki dan perempuan baik berpendidikan tinggi maupun rendah.

"Dulu, latah merupakan tekanan kejiwaan atas sesuatu yang tidak bisa terealisasi dalam kenyataan namun saat ini latah menjadi salah satu sarana untuk mencari eksistensi diri," terangnya.

Menurutnya, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi, yaitu mimpi ekstrem tentang alat kelamin yang terjadi berulang-ulang, adanya tokoh yang otoriter, pemberontakan, kecemasan, faktor lingkungan dan sebagainya.

Bagi dunia kedokteran dan psikolog, katanya, temuan penelitian ini diharapkan menjadi masukan penting bagaimana strategi meminimalkan latah dengan terapi-terapi khusus berdasarkan jenis latah dan juga penyimpangan linguistiknya, serta sebagai masukan untuk menciptakan serum atau treatmen untuk meminimalkan perilaku latah.

Dan bagi polisi, bisa sebagai masukan bahwa perilaku latah yang terjadi pada diri seseorang muncul karena kondisi kesadaran menurun, dan juga karena terkejut. Sehingga hal ini menjadi masukan bahwa ada hal-hal khusus yang perlu diperhatikan.

Ia menceritakan, berdasarkan penuturan salah satu subjek penelitian di Jombang, ada individu yang berperilaku latah dan tiba-tiba memukul polisi karena ada rekannya yang menepuk punggungnya dan menyuruhnya memukul polisi. Dengan spontan individu latah itu pun memukul polisi, akhirnya individu tersebut harus ditahan. Namun, setelah diketahui bahwa pelaku adalah berperilaku latah, yang bersangkutan dibebaskan. "Oleh karena itu, lingkungan harus benar-benar bijak dalam memperlakukan orang latah," ucapnya.

Bu Mamung mengaku, tertarik mengangkat atau melakukan penelitian tersebut, karena pada penelitian kebahasaan, rata-rata masih melakukan kajian terhadap penggunaan bahasa dalam kondisi normal, sementara dalam kondisi kesadaran menurun masih jarang diteliti.

"Latah dalam psikolinguistik, dikategorikan ke dalam bentuk perilaku psikogenik yaitu perilaku bahasa yang menyimpang," katanya

Disinggung soal biaya studi S3, ia mengatakan tidak sedikit. Sehingga, cukup berat jika tidak mendapatkan beasiswa. Bu Mamung sapaan akrabnya menjelaskan, sebenarnya ada bermacam-macam beasiswa dan beasiswa dari Kemenristek biasanya diperuntukkan bagi dosen.

Kemudian ada pula beasiswa S3 seperti dari Djarum, Habibie Center, Bakrie center foundasion, penerbit mizan, dan lainnya. Tentunya juga ada syarat-syarat khusus untuk mendapatkannya.

"Alhamdulillah S2 dan S3 saya mendapatkan beasiswa negara, beasiswa dalam negeri dari kemenristek dikti. Cumlaude pada jenjang S2 akhirnya memudahkan untuk mendapatkan beasiswa kembali jenjang S3," bebernya.

Berbagai penghargaan pun juga pernah diraihnya, seperti, Nugrajasadharma Pustakaloka dari Perpustakaan Republik Indonesia, pengahargaan pada peringatan hari kemerdekaan RI dari Bupati Pacitan dan penghargaan dosen berprestasi bidang penelitian Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP PGRI Pacitan.

"Beberapa kali juga mendapat hibah negara (kemenristek dikti) untuk penelitian desentralisasi dan kompetitif nasional. Kalau kegiatan lain sebagai ouner Community Learning Center Dboecah Pacitan, yang telah melahirkan penulis cilik dan remaja, pendongeng cilik, yang menjuarai di TK nasional maupun provinsi Jawa Timur," beber dosen di STKIP PGRI Pacitan.

Dia juga aktif pada beberapa organisasi seperti pengurus Himpunan Pembina Bahasa Indonesia Provinsi Jatim, Pengurus Komisi Nasional Pendidikan Kabupaten Pacitan, pengurus Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Pacitan, Ketua Persaudaraan Pencerita Muslim Pacitan, serta pembina Gerakan Literasi Remaja Muslim Peduli Pacitan.

Bagikan

RELATED NEWS