Tren Berlalu, Akik Kini Benar-Benar Paceklik

AZ - Kamis, 01 November 2018 06:49 WIB
Salah seorang penjual akik di kawasan Pantai Klayar menunjukan etalase penuh batu akik  yang tak kunjung laku terjual. undefined

Halopacitan, Donorojo—Pada sekitar tahun 2013-2014 memang terjadi tren luar biasa dalam hal batu akik. Hampir orang seluruh Indonesia tiba-tiba sangat menyukai batuan yang diasah menjadi mata cincin tersebut.

Hal ini tentu saja menjadikan sentra akik di Pacitan yang sudah ada sejak tahun 1940-an mendapat rezeki besar. Setiap hari orang dari berbagai daerah datang berbondong-bondong untuk mencari batu akik.

Sebagai wilayah dengan struktur batu tua, Pacitan memang menyediakan banyak sumber batu yang keras dengan pola serat dan warna yang menarik untuk dijadikan akik. Kualitas akik Pacitan diyakini yang terbaik di Pulau Jawa dan bahkan tidak kalah dengan Kalimantan yang juga dikenal sebagai sumber akik ternama di Indonesia.

“Tahun 2014 menjual akik sangat mudah. Dalam sebulan penghasilan bisa mencapai Rp5-Rp10 juta,” kenang Adhi Nugraha (51) salah seorang perajin akik di Dusun Krajan, Desa Gendaran, Kecamatan Donorojo.

Tetapi tren memang memiliki karakter sementara. Dia hanya akan ada sesaat dan kemudian hilang. Saat orang sudah mulai bosan dan meninggalkan akik, situasinya seperti menjadi bumerang bagi para perajin. Kini situasinya benar-benar sulit. Bahkan jauh lebih sulit sebelum tren akik booming.

“Sekarang jual batu akik sangat susah bahkan jika dibanding dulu waktu sebelum booming, saat ini sehari laku satu saja sudah lumayan” tambahnya yang kini memilih banting setir dengan membuka warung nasi goreng di depan rumahnya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

“Masih membuat akik tapi kalau ada pesanan, kalau tidak ada ya membuka buka warung dari sore sampai malam” tambahnya memaparkan.

Hal serupa juga diutarakan Sunyoto (39), seorang penjual batu akik di kawasan Pantai Klayar. “Waktu akik booming sehari biasa dapat Rp1 juta, sekarang sehari kadang ada yang beli kadang enggak, kalo kemarin harga normal Rp200.00 bisa laku Rp500.000, sekarang dijual Rp100.000 saja susah” keluhnya.

Setelah peminat batu akik merosot, kini suyoto menambah aneka macam dagangannya, sebelumnya ia hanya menjual akik, sekarang menjajakan aneka aksesori seperti, kacamata, gelang, kalung, topi dan sebagainya.

“Mau bagaimana lagi, harga batu akik sekarang sudah berantakan, mau tidak mau ya begini, julan lainya juga,” imbuh pria yang telah 6 tahun berjualan batu akik di Pantai Klayar tersebut.

Bagikan

RELATED NEWS