
Bakteri Bikin Petani Cengkih Bandar Frustrasi
Petani di Desa Bangunsari dan Desa Jeruk Kecamatan Bandar pernah berjaya dari cengkih. Kini, tanaman rempah ini tidak lagi bisa diandalkan.
Halo Berita
Halopacitan,Bandar--Tanaman cengkih masih tampak mendominasi perkebunan di sepanjang jalan dari Desa Bangunsari ke Desa Jeruk. Namun sebagian terlihat meranggas dan tak sedikit yang pucuknya mengering.
Komoditas ini mulai dikembangkan di Bandar pada era Orde Baru dan sempat menjadi andalan para petani.
"Kalau tidak salah sekitar tahun 1971 - 1972. Ada program namanya Kembang Mas," tutur Kaiman, pensiunan penyuluh kehutanan Kecamatan Bandar Rabu (10/01/2018) sambil berusaha mengingat kembali memori ingatannya. Program tersebut memberikan bibit cengkih gratis ke petani.
Di akhir tahun 90-an, cengkih mencapai kejayaannya. Saat itu harga sampai menembus Rp180.000 /kg. Namun, sudah sekitar tiga tahun terakhir ini produksi cengkih turun drastis. Penyebabnya adalah penyakit yang dikenal sebagai Bakteri Pembuluh Kayu Cengkih (BPKC).
Bakteri ini merupakan salah satu penyakit yang paling merusak tanaman cengkih sehingga menyebabkan kematian tanaman. Penularan penyakit BPKC umumnya mengikuti arah angin melalui serangga, juga alat-alat pertanian yang dipergunakan memotong pohon yang sakit.
"Sampai saat ini belum ada obat yang berhasil mengobati penyakit ini. Saya sudah coba segala cara belum berhasil," jelas Kaiman yang juga memiliki kebun cengkih ini.
Beberapa petani sudah mencoba menyulam kembali, namun tidak bisa dikatakan berhasil. Eradikasi sebenarnya sudah disarankan namun petani masih belum bisa merelakan tanaman cengkihnya dicabut habis.
"Kalau BPKC sudah menyerang pucuk cengkih, sudah pasti dia mati," tambah penyuluh kehutanan yang pensiun tahun 2010 ini menambahkan.
Selain penyakit BPKC, musim hujan yang turun hampir sepanjang tahun juga menjadi penyebab gagalnya panen cengkih. Padahal, harga cengkih cukup menggiurkan. Saat ini saja cengkih kering mencapai Rp. 95 ribu/kg, sedangkan harga cengkih basah Rp30.000 /kg.
Beberapa petani cengkih yang memiliki modal, kini mulai mengganti tanamannya dengan durian dan alpukat. (Anita Bidaryati)