YOGYAKARTA-Masjid Jogokariyan sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Yogyakarta karena festival kampung Ramadan yang tiap tahun terselenggara di sana.
Akan tetapi, bagaimana dengan sejarah berdirinya? Simak penjelasannya. Masjid yang berjarak 2 km dari alun-alun kidul ini terletak di Jl. Jogokaryan No.36, Mantrijeron, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta.
Pembangunan masjid Jogokariyan masih memiliki kaitan dengan permasalahan yang muncul akibat relokasi para prajurit keraton Yogyakarta yang awalnya berjumlah 750 orang menjadi 75 orang pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono VII.
Sayangnya, akibat keputusan yang mendadak membuat banyak abdi dalem yang bangkrut dan tidak mampu mengelola keuangannya dengan baik. Banyak dari mereka yang akhirnya memilih menjual sejumlah tanah yang mereka miliki kepada para pengusaha batik dan tenun yang ada di kampung Jogokariyan.
Keadaan semakin memburuk saat Partai Komunis Indonesia mulai muncul dan menggaet banyak simpatisan dari kalangan abdi dalem. Kondisi kampung Jogokariyan yang hanya memiliki langgar kecil pada saat itu dijadikan basis utama pergerakan PKI hingga puncaknya saat terjadi pemberontakan G30SPKI, banyak warga yang ditangkap dan dipenjaraan karena dianggap bagian dari partai sayap kiri dan menganut islam kejawen.
Melihat kondisi yang memprihatinkan membuat pedagang batik dan tenun yang Sebagian besar pendukung MASYUMI dan Muhammadiyah berinisiatif untuk membangun masjid di lahan yang terletak di tengah kampung. Setelah melalui proses yang panjang akhirnya pada tanggal 20 September 1966 proses pembangunan masjid Jogokariyan resmi dimulai. Pada tahun 1978 masjid Jogokariyan yang sebelumnya memiliki luar 600meter persegi ditambah menjadi 760meter persegi.
Lalu pada tahun 2009 dibangunlah sebuah Islamic Center Jogokariyan di atas tanah milik warga yang sudah dibeli masjid. Pembangunan yang dilakukan pun tidak hanya pembangunan fisik, sistem pengelolaan yang baik juga ikut berkembang seiring kemajuan zaman.
Saat itu masjid ini pun dikenal sebagai salah satu masjid terbaik yang ada di Jogja terutama dari segi manajemennya. Hingga saat ini masih banyak wisatawan yang mendatangi masjid Jogokariyan. Rata-rata pengunjung yang datang merasa penasaran dengan tata cara pengelolaan masjid sehingga mampu memberikan banyak kontribusi ke masyarakat.
Adapun program unggulan yang ada di masjid tersebut, seperti program infak nol rupiah, program gerakan jamaah mandiri yang mampu menaikan jumlah infak mingguan menjadi 400%, program peta dakwah, shodaqoh ATM beras, sampai mensalatkan orang yang masih hidup. (Mg-01)
Tulisan ini telah tayang di jogjaaja.com oleh Ties pada 05 Apr 2022