
Dari Tipisnya Lembaran Kayu, Penghasilan Tambahan Itu Datang
Menggunakan waktu luang, masyarakat di Jetis Kidul dan Kedungbendo memiliki cara untuk menghasilkan uang tambahan dengan membuat bahan kayu lapis
Halo Berita
Halopacitan,Arjosari—Teriknya sinar matahari tidak membuat Suyadi dan istrinya berhenti mengumpulkan jemuran lembaran-lembaran kayu tipis yang telah kering dan menggantinya dengan yang masih basah.
Lembaran kayu tipis yang sudah kering tersebut kemudian dikumpulkan dan disusun dalam ukuran tertentu untuk kemudian diikat dengan isolatip. Itulah emka, lembaran tipis yang biasa digunakan sebagai bahan pembuatan kayu lapis atau tripleks.
Menurut Suyadi pekerjaan ini cukup mudah dan nyaris tanpa modal. Bahan didatangkan dari dari pabrik kayu lapis yang terletak di Desa Gegeran, untuk kemudian setelah jadi emka, diambil kembali oleh mereka.
"Saya biasanya dikirim bahan satu palet, kira-kira satu truk engkel itu. Nanti kalau sudah habis sambil diambil dibawakan bahan lagi, satu palet bisa jadi antara 70 sampai 100 keping emka, jadi saya tidak jual-beli hanya upah kerja." Katanya.
Pengolahan emka sangat mudah, bahan disortir lalu dijemur. Setelah kering, lembaran demi lembaran dipotong untuk dirapikan. Potongan tersebut lalu disusun dan direkatkan menggunakan selotip dengan ukuran 64cm x 210cm. Jadilah satu keping emka.
Setia satu keping dia mendapatkan upah Rp1.000. Masih menurut Suyadi, dalam satu sehari ia dan istrinya bisa mendapatkan rata-rata 40 keping yang biasanya dikerjakan pada malam hari.
"Ya namanya hanya sampingan. Kalau pagi saya dan istri mengurusi sawah dan kebun, setelah itu mulai menyortir dan menjemur bahan, baru malam hari kita potong dan lem. Hasilnya lumayan bisa dapat Rp30.000-Rp40.000,” katanya.
Tidak hanya Suyadi yang melakukan pekerjaan ini. Suprapto warga Dusun Karang, Desa Jetis Kidul juga melakukan hal yang sama. Dia mengaku rata-rata per hari dia bisa memperoleh hasil Rp40.000, namun tidak setiap hari mereka bisa berproduksi karena bahan yang terbatas dan banyaknya tenaga kerja membuat usaha ini tidak bisa dijadikan pokok mata pencaharian.
"Sebenarnya jika dikerjakan dengan istri, satu hari bisa dapat 100 sampai 130 keping, tetapi itu harus meninggalkan pekerjaan yang lain. Lagi pula jika bahan habis hari ini belum tentu segera diambil dan dikirimi bahan yang baru," Suprapto menyampaikan.
Hasyim Kepala Desa Jetis Kidul, menerangkan bahwa bagi penduduk di wilayahnya kegiatan itu sangat menguntungkan, selain usaha sampingan untuk meningkatkan ekonomi keluarga, juga menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit. "Di Jetis ini perajinnya cukup banyak. Seperti di Dusun Madekan, ada 40 kepala keluarga lebih yang bergelut didalamnya. Belum lagi didusun-dusun yang lain seperti Karang, Krajan dan lainnya,”ucapnya.
