YOGYAKARTA - Aktivitas Gunung Merapi menggeliat pada Kamis (10/2/2022) dini hari. Bahkan, awan panas atau yang sering disebut sebagai Wedhus Gembel meluncur hingga 5 kilometer ke arah tenggara.
Menurut informasi dari posko SAR DIY di Cangkringan, Sleman, sejumlah lansia dan anak di Karangtengah, mengungsi di balai desa setempat. Berdasarkan catatan Gunung Merapi lima kali mengeluarkan awan panas sejak Rabu (9/2/2022) malam hingga Kamis (10/2/2022) dini hari.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan, awan panas guguran mulai terjadi pada Rabu 23.18 WIB. Fenomena itu kembali terjadi pada 23.29 WIB, 23.38 WIB, 23.44 WIB, dan 00.22 WIB.
Tercatat di seismogram guguran awan panas terlama berlangsung 570 detik. Sedangkan awan panas terjauh meluncur 5 kilometer ke arah tenggara.
Akibat serangkaian guguran awan panas ini dilaporkan hujan abu terjadi Desa Tlogolele dan Desa Gantang, Kecamatan Sawangan, Magelang, Jawa Tengah.
Selain itu, masyarakat Kalitengah Lor dan Kalitengah Kidul (Wilayah Timur) ke Balai Desa Glagaharjo dievakuasi ke Balai Desa Glagaharjo kecuali para pemuda masih siaga diatas. Sedangkan masyarakat di wilayah Tengah (Umbulharjo sampai Ngrangkah) sudah mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu harus mengungsi.
BPPTKG melaporkan aktivitas Gunung Merapi baru mulai melandai pada 01.30 WIB. Hingga kini, Gunung Merapi masih berstatus siaga atau level III. Keadaan itu belum berubah sejak ditetapkan pada 5 November 2020.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat sejauh 5 kilometer ke arah Sungai Boyong dan sejauh 7 kilometer ke arah Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng.
Sedangkan di sektor tenggara, daerah
potensi bahaya meliputi 3 kilometer ke arah Sungai Woro dan 5 kilometer ke arah Sungai Gendol.
Untuk lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak. (*)
Tulisan ini telah tayang di jogjaaja.com oleh Ties pada 10 Mar 2022