
Harapan Mereka Sederhana; Sungai Tidak Bosan Memberikan Batu-Batunya
Jika Anda melintas jalan Pacitan-Ponorogo, tepatnya di wilayah Desa Gegeran, Desa Kedungbendo,sampai Desa Kebondalem, Kecamatan Arjosari akan banyak dijumpai penjual batu koral. Telah puluhan tahun batu-batu tersebut menggerakkan ekonomi puluhan keluarga di wilayah tersebut.
Halo Berita
Halopacitan, Arjosari—Sibo terus memukul-mukulkan palu ke sebuah batu. Saat batu terpecah, diambilnya salah satu pecahan kemudian dipecah menjadi yang lebih kecil lagi. Meski usianya sudah 66 tahun, tampak tangannya masih cukup kuat. Beberapa kali dia mengusah peluh tetapi tidak terlihat raut lelah.
"Saya itu tidak sekolah,dari kecil ya sudah begini kerjaannya,” kata Sibo dalam bahasa Jawa. Warga Dusun Kedunggrombyang Desa Kedungbendo tersebut berhenti sejenak dari aktivitasnya. “Ya yang tetap bersyukur dikasih sehat,” tambanya sambil melanjutkan lagi memecah batu sungai menjadi kecil-kecil yang disebut sebagai koral.
Sibo hanya salah satu dari puluhan orang yang menekuni profesi ini selama puluhan tahun. Wilayah ini dilintasi oleh sungai yang menjadi bagian dari aliran Sungai Grindulu. Sungai besar yang ada di Pacitan tersebut terus membawa batu-batuan yang seolah-olah tidak habis-habisnya untuk diambil dan dijadikan tulang punggung kehidupan warga.

Manto, Dusun Kedunggrombyang, Desa Kedungbendo, telah menekuni profesi ini selama puluhan tahun/Sigit Dedy Wijaya
Setiap hari puluhan warga bergelut dengan batu yang mereka ambil dari sungai. Batu-batu itu kemudian dihancurkan dengan cara manual. Untuk menghasilkan 1 rit koral dengan cara manual ini dibutuhkan waktu sekitar dua minggu.
Lamanya proses karena mereka harus mengumpulkan batu di sungai terlebih dahulu sebelum membawanya ke pinggir jalan raya agar memudahkan mobil yang mau membeli
“Harga satu rit nya Rp300.000- Rp.320.000,- tergantung isi dari mobil tersebut,” kata Samilah (45) warga Dusun Kedunggrombyang yang juga telah puluhan tahun menekuni profesi ini.

Sambil ditunggui anaknya, Samilah setiap hari bekerja memecah batu sungai menjadi koral/Sigit Dedy Wijaya
Apakah hasil itu mencukupi? Tentu relatif. Bagi Manto (55) warga yang lain, cukup tidak cukup harus dicukup-cukupkan.
"Setiap hari kerjanya ya seperti ini, dari hasil yang diperoleh dari penjualan batu koral,cukup nggak cukup ya harus dicukupkan. Sebagai orang yang sudah cukup umur,saya sudah tidak kepinginan apa-apa lagi, anak sudah tidak ada[meninggal], yang penting cukup untuk kebutuhan hidup,” ".ucap Manto(55) warga lainnya kepada Halopacitan Senin 29 Januari 2018
Sesungguhnya harapan para penjual batu koral itu memang tidak muluk-muluk. Mereka hanya berharap sungai yang melintas di wilayahnya terus membawa bebatuan yang menjadi andalan untuk kehidupan mereka. (Sigit Dedy Wijaya)
