Harga Lebih Baik, Perajin Beralih ke Gula Semut

Halopacitan, Kebonagung— Para perajin mengaku harga gula semut bisa mencapai Rp17.500 per kilogramnya, sedangkan gula cetak hanya Rp13.000-Rp14.000 per kilogram.

"Sekitar tiga bulan mulai buat gula semut, awalnya cuma belajar dari orang yang sudah buat lebih dulu, kalau jualnya ada pengepul dari luar daerah mengambil setiap hari pasaran Wage, lumayan harganya," kata  Rosidaten, salah satu perajin gula yang tinggal di RT 01, RW 02, Dusun Tawang, Desa Gembuk kepada  HalopacitanKamis (17/01/2019).

Dalam sehari, istri Katmadi tersebut bisa membuat gula semut sekitar 2-3 kilogram, tergantung nira yang diperoleh dari menyadap. "Kalau saat ini tidak banyak nira yang diperoleh, ya lagi tidak musimnya dan pohon kelapa juga tidak banyak," imbuhnya singkat.

Gula semut terlihat seperti gula pasir, tetapi lebih lembut dan tidak lengket. Rasanya seperti gula jawa pada umumnya.

Wijianto (61) perajin lain mengaku proses pembuatan gula semut sedikit berbeda dengan membuat gula cetak.

"Cara masaknya dan campur larutan dengan nira saya masih kesulitan, karena niranya kurang bagus dan cara campur dengan larutan kapur serta kulit manggis atau lainnya masih belum bisa pas, jadi nira tidak begitu bening. Dan kadang tidak mesti jadi gula semut kalau dibuat masih lengket. Kalau tidak jadi ya saya buat cetak saja, kemudian buat lagi baru, karena saya ya masih belajar sama Bu Daten belum ada satu bulan," katanya.

Menurutnya, di Dusun Tawang tersebut termasuk ketinggalan untuk membuat gula semut, berbeda dengan dusun lainnya yang ada di Desa Gembuk, ataupun desa lainnya disekitarnya.

"Tapi yang aktif buat gula semut di sini tidak banyak, hanya beberapa orang saja, kalau di Dusun Salak dan lainnya sudah sekitar dua tahun lebih, kemudian di Desa Padi, Jatigunung juga sebagian sudah membuat gula semut," tambahnya.