Antrean di SPBU Ploso
Halo Berita

Jeriken Plastik Dilarang, Pengecer BBM Harus Berjuang Keras untuk Bisa Jualan

  • Mulai 1 Februari 2019 penggunaan jeriken plastik untuk pembelian bahan bakar minyak di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dilarang. Para pengecer pun terpaksa berjuang keras untuk bisa tetap bisa berjualan.

Halo Berita
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Pacitan—Untuk bisa mendapatkan barang dagangan, para pengecer ini terpaksa bolak-balik SPBU untuk memenuhi tangki bahan bakar sepeda motornya. Sampai di rumah, bahan bakar itu kemudian dikeluarkan lagi untuk dijual.

"Motor kan ada tiga, yang dua khusus diisi pertalite dan satu khusus pertamax yang dipakai istri saya, pagi saya semua saya isi penuh. Sampai rumah isi di tangki motor dipindah ke botol satu liter, ada sekitar 20an botol," kata Marno, salah satu penjual BBM eceran di Pacitan, Kamis (31/01/2019).

Kemudian, cara kedua yang digunakannya ketika kedua motor dipakai untuk bekerja istri dan sekolah anaknya, ia mengisi di beberapa SPBU yang ada di Kecamatan Pacitan. Hal ini menurutnya agar tidak dicurigai petugasnya karena bolak-balik.

"Untungnya rumah saya berada di tengah-tengah antara tiga SPBU di Pacitan, jadi bisa pindah-pindah isinya dan biasanya satu SPBU dua kali. Selain itu, anak yang sekolah waktu baliknya juga saya suruh penuhi tangkinya, dari pada beli drum keluar modal lagi," ungkapnya.

Meski tempat tinggalnya tidak berada di jalan utama atau hanya berada di jalan kabupaten, dalam sehari rata-rata ia bisa menjual 10-12 botol ukuran satu liter. "Kadang kalau pas ada mobil berhenti ya bisa laku 20 botol lebih sehari dan yang kami jual hanya jenis pertalite sama pertamax," bebernya.

Seperti diberitakan sebelumnya Pertamina telah melarang penggunaan jeriken plastik untuk pembelian bahan bakar dengan alasan keamanan. Selain itu penjualan BBM hanya diperbolehkan untuk pengguna terakhir, tidak untuk dijual lagi.

Diana, penjual BBM eceran lainnya mengatakan, meski memakai cara lama, karena motor yang dimiliki hanya satu sehingga ia harus bolak balik hingga 8-10 kali dalam sehari, hanya untuk mendapatkan BBM.

"Biasanya, sekalian belanja di Pasar Arjowinangun sekalian mampir POM isi penuh. Kemudian, ganti kostum yang sebelumnya kostum emak-emak kini ganti pakai helm, masker, ganti baju atau pakai jaket, kan tidak curiga petugasnya kalau orangnya sama, sampai rumah dipindahkan pakai selang kecil dituang ke jeriken," katanya.

Setelah sekitar empat kali bolak balik ke SPBU yang ada di Mentoro sejak pagi hari, ia mengasih jeda untuk melakukan aktivitas lainnya, karena selain jual BBM eceran juga jualan sembako.

"Sorenya biasanya itu sudah ganti petugasnya, dan kebetulan anak yang sekolah sudah balik jadi bisa gantian isinya BBM. Kalau sehari 10 kali ada bolak balik tapi dua hari sekali ke POM, karena jarang lakunya soalnya tempatnya bukan di jalan umum, paling sehari sekitar 5-6 botol," ungkap Ibu dua anak.

Diana juga mengaku daripada beli drum non plastik lebih baik memanfaatkan yang ada. "Kalau ada modal sih tidak masalah beli drum, tapi modal juga tipis mending pakai cara lama saja, kan uang juga harus muter, mau ngeluh juga tidak ada solusi. Wong cilik ya isone ming manut opo jarene aturan' [orang kecil ya bisanya cuma patuh apa kata aturan]," tambahnya.