Mahasiswa UNAIR program studi S1 Teknik Biomedis Andi Bagus Rahmawan, Fahreza Rachmat, dan Sablina Damayanti dengan bimbingan Dr. Prihartini Widiyanti, drg, M.Kes, S.Bio melakukan inovasi perawatan luka modern berbahan kitosan-bubuk kulit pisang yang bersifat antibakteri.
Perawatan luka modern atau yang lebih dikenal dengan wound dressing dapat menjaga suasana lembab pada luka yang berfungsi untuk menjaga luka dari dehidrasi dan mempercepat proses penyembuhan luka.
Dilansir dari unair.ac.id Minggu (22/8/2021) kitosan dipilih karena sifatnya yang biokompatibel, non toksik, dan bersifat antibakteri, namun dalam aplikasi wound dressing kitosan memiliki kelemahan yaitu sifat mekanik yang rendah.Untuk memperbaikinya, dilakukan penambahan lignin yang berasal dari kulit pisang kepok.
Pisang kepok dipilih karena termasuk bahan yang ramah lingkungan dan produksinya melimpah di Indoensia. Selain itu kulit pisang kepok juga mengandung aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan jenis pisang lainnya.
Dijelaskan bahwa kulit pisang kepok mengandung sumber antioksidan alami seperti senyawa flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, steroid, dan terpenoid yang memiliki fungsi sebagai antibakteri. Selain itu flavonoid juga berfungsi sebagai antiinflamasi, antioksidan, dan antibiotik sedangkan tannin berfungsi sebagai astringen yang dapat menyebabkan penyempitan pori-pori kulit dan menghentkan eksudat serta pendarahan ringan.
Adapun saponin merupakan salah satu senyawa yang mampu memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka sekaligus mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif untuk penyembuh luka terbuka.
Penelitian dilakukan dengan empat konsentrasi berbeda dari bubuk kulit pisang yaitu 0 persen wt, 9 persen wt, 10 persen wt, dan 11 persen wt dengan variable kontrol berupa larutan kitosan 1 persen. Pembuatan bubuk kulit pisang kepok dilakukan dengan metode pengeringan dengan oven dan penggilingan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nagwa et al dan Syahputra et al diketahui bahwa campuran bubuk kulit pisang 10 persen wt memberikan hasil membran yang paling baik. Karakteristik sampel membrane kitosan bubuk kulit pisang diketahui berdasarkan uji gugus fungsi, uji morfologi, uji swelling, uji sitotoksisitas, uji kuat tarik, dan uji antibakteri.
Sampel kitosan-bubuk kulit pisang (BKP) dengan variasi konsentrasi BKP memberikan hasil sebagai berikut: berdasarkan uji gugus fungsi FTIR, pada konsentrasi BKP 10 persen wt menunjukkan adanya interaksi antara bubuk kulit pisang dengan kitosan. Hasil morfologi SEM pada sampel kitosan-BKP 10 persen wt menunjukkan kenampakan antarmuka yang bagus. Penambahan bubuk kulit pisang menurunkan tingkat pembengkakan (swelling) terhadap air pada pembalut luka.
Berdasarkan uji kuat tarik, nilai UTS semakin besar seiring dengan penambahan konsentrasi bubuk kulit pisang (BKP). Pada uji sitotoksisitas, didapati bahwa seluruh sampel tidak toksik dikarenakan keempat sampel memenuhi standar minimal viabilitas sel. Hasil uji antibakteri menunjukkan hasil yang sinergis dengan aktivitas antibakteri tertinggi pada konsentrasi BKP 11 persen wt.
Dokter Spesialis Bedah Umum, dr. Herry Wibowo, M.Kes, Sp.B, FinaCS mengatakan penelitian ini memiliki potensi besar untuk penanganan luka yang terjadi pada aktivitas sehari-hari, mengingat prevalensinya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hasil studi in vitro dalam penelitian ini menunjukkan potensi untuk pengembangan aplikasi wound dressing yang aman dan juga ekonomis karena bahan alami yang digunakan.