![Jemi Darmawan (kanan) saat menerima penghargaan sebagai dari Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan [TKSK] Teladan Tingkat Nasional Tahun 2018 dari Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita](https://ik.trn.asia/uploads/2018/12/jemi.jpg)
Koin, Botol dan Perjuangan Jemi Darmawan Membantu Sesama
Membantu sesama tidak harus dengan sesuatu yang besar dan mahal. Jemi Darmawan ini membuktikan dengan langkah-langkah sederhana dan terlihat sepele, orang bisa memberi manfaat besar pada orang yang membutuhkan.
Halo Berita
Halopacitan, Pacitan— Nama Jemi Darmawan masuk dalam daftar nama yang mendapat penghargaan dari Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita sebagai Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan [TKSK] Teladan Tingkat Nasional Tahun 2018 yang diserahkan dalam peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional di Gorontalo 19 Desember 2018.
Pria kelahiran 8 Mei 1981 ini sendiri tak menyangka akan meraih penghargaan tersebut. Apa yang dilakukan sekilas terlihat kecil dan dia lakukan semata-mata untuk membantu sesama.
"Waktu diumumkan itu saya kaget ketika nama saya disebut mendapat peringkat I TKSK teladan tingkat nasional," ungkap Jemi kepada Halopacitan Sabtu (22/12/2018).
Terdorong keinginannya untuk membantu warga ekonomi lemah, pria warga RT 01, RW 02 Dusun Druju, Desa Donorojo, Kecamatan Donorojo, Pacitan ini membuat program yang dia sebut sebagai Kumis, singkatan dari Koin untuk Masyarakat Miskin. Dia juga menggalakkan Bosdaya atau botol sosial berdaya, Omah Balam (omah berbagi pengalaman), dan Intel Sosial.
Inovasi Kumis berawal ketika dia melihat koin kadang-kadang tidak dimanfaatkan dan tercecer di mana-mana. Kemudian munculah ide untuk mengumpulkan koin dari masyarakat yang bisa digunakan progam pemberdayaan warga.
"Program Kumis ini dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Jadi harapannya koin yang sudah terkumpul, betul-betul bisa dimanfaatkan masyarakat khususnya yang berbasis sosial seperti fakir miskin, anak yatim, ekonomi produktif dan lainnya," papar ayah dua anak tersebut.
Untuk mengumpulkan koin ini, langkah pertama yang dia ambil adalah membuat sebuah tempat yang mudah di dapat, baik toples bekas maupun lainnya dan di tempatkan di beberapa toko.
"Berawal dari satu hal kecil akan menjadi besar, seperti memanfaatkan koin Rp100, Rp500 ataupun Rp1.000. Ketika koin sudah kita masukkan ke wadah tersebut, tentunya koin ini akan menjadi kekuatan penuh untuk membangun bersama masyarakat dan akan bermanfaat untuk kemaslahatan umat," jelasnya.
Lalu apa itu inovasi Bosdaya? Progam ini dilakukan dengan melibatkan karang taruna guna mengumpulkan botol-botol plastik yang selanjutnya untuk dijual. Selain itu juga menempatkan kantung di beberapa titik khusus untuk membuang botol plastik minuman.
"Hasil dari pengumpulan botol tersebut digunakan untuk membantu masyarakat kurang mampu, yang diwujudkan berupa sembako. Selain itu juga untuk membantu Ibu-ibu rumah tangga keluarga tidak mampu dengan memberi alat UEP [Usaha Ekonomi Produktif]," terang pria kelahiran 8 Mei 1981.
Lalu ada Omah Balam yakni tempat berkumpulnya para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), mulai dari remaja rentan dan disabilitas untuk saling berbagi informasi dan berbagi pengalaman berkaitan permasalahan sosial. Selain itu juga sebagai wadah bertukar informasi antar PMKS.
"Prinsip kegiatan Omah Balam ini adalah untuk memberikan motivasi bahwa dengan segala kekurangan yang dimiliki para PMKS harus tetap semangat dan tidak boleh minder," ungkap putra tunggal dari pasangan Sudarsono dan Sumarni tersebut.
Semua kegiatan yang dilakukan tersebut dipusatkan di Donorojo, karena pihaknya sebagai penguat kegiatan dan selaku Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan [TKSK]. "Semoga apa yang kami lakukan ini bisa istiqomah untuk kemaslahatan masyarakat Pacitan yang mandiri dan berdaya," pungkasnya.
