JAKARTA—Siapa yang tak kenal klub sepak bola Barcelona. Tim asal Catalan, Spanyol tersebut menjadi salah klub tersukses di dunia sepanjang masa.
Torehannya tak main-main. Barcelona berhasil memiliki lima gelar Liga Champions, empat gelar Piala UEFA, 27 gelar La Liga, 31 trofi Copa del Rey dan lain sebagainya di lemari gelar.
Tak cuma unggul dari segi prestasi, Barcelona punya pendapatan luar biasa sebagai sebuah klub bola. Tahun 2020, klub berjuluk Blaugrana itu memiliki kekayaan bersih senilai US$3.163 juta atau sekitar Rp43,65 triliun. Jumlah ini hanya kalah dari Real Madrid yang memiliki kekayaan US$3.263 juta atau sekitar Rp44,98 triliun.
Pada periode 2017-2018, klub yang berdiri tahun 1899 ini bahkan mencatatkan rekor pendapatan terbesar dalam sejarah klub yakni 914 juta euro atau setara Rp15 triliun. Barcelona rata-rata menghasilkan pemasukan sekitar Rp7,5 triliun per tahun. Deretan torehan tersebut menjadikan Barcelona sebagai klub terkaya kedua di dunia.
Tak seperti banyak klub kaya lain yang dimiliki konglomerat atau taipan bisnis, Barcelona ternyata dimiliki para anggotanya dalam wadah koperasi. Saat ini ada sekitar 200.000 anggota koperasi di seluruh dunia yang memiliki klub Barcelona.
Lebih menarik lagi, mayoritas anggotanya adalah pendukung setia Barcelona. Mereka masing-masing memiliki satu suara untuk menentukan arah kebijakan klub. Prinsip koperasi juga terlihat jelas di statuta klub.
Dikutip dari fcbarcelona.com, keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka. Adapun pengawasan oleh anggota secara demokratis serta anggota berpartisipasi aktif dalam koperasi.
Dalam statuta selanjutnya, klub mempunyai badan usaha swadaya yang otonom dan independen, menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan memberikan informasi serta melayani anggotanya secara prima dan memperkuat gerakan koperasi. Klub juga didorong bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya.
Pengamat koperasi, Suroto, menilai penerapan konsep koperasi di tim sekelas Barcelona menjadi sebuah praktik menarik. Dia mengatakan pendekatan koperasi memungkinkan anggotanya memilik hak yang sama dalam menentukan kebijakan klub.
Suroto mengulas kejadian ketika Presiden klub Jose Maria Bartomeu akhirnya mundur karena ada mosi tidak percaya. “Itu karena koperasi,” ujarnya dalam sebuah diskusi daring belum lama ini. Menurut dia, statute klub tegas menyebutkan bahwa seorang presiden klub bisa diganti apabila tidak disetujui oleh 20% anggota klubnya.
Akhirnya, Bartomeu mengundurkan diri sebelum dipecat dalam rapat dewan pengurus koperasi. “Inilah demokrasi koperasi,” tutur lelaki yang juga Ketua Asosiasi Kader Sosio Ekonomi Strategis (AKSES) itu. Barcelona menjadi bukti bahwa pengelolaan yang mengacu pada prinsip koperasi universal dapat sukses di dunia sepak bola.
Lewat jargonnya yakni Mes que un club (lebih dari sebuah klub), Barca membuktikan mereka benar-benar lebih dari sekadar klub sepak bola. Mereka ikut berdemokrasi dan mensejahterakan anggota dengan koperasi.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Chrisna Chanis Cara pada 12 Jul 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 17 Jul 2024