
Mengapa Kita Suka Pamer Spotify Wrapped? Ini Alasannya Secara Psikologi dan Keamanan Digital
- Spotify Wrapped 2025 baru saja dirilis. Orang berbondong-bondong membagikan rapor tahunan di media sosial. Lantas, apa alasan psikologisnya? Dan dari segi keamanan data, apakah ini aman?
Halo Berita
JAKARTA – Spotify Wrapped 2025 akhirnya resmi dirilis. Sejak pertama kali hadir pada 2016, fitur ini menjadi tradisi tahunan yang merangkum seluruh lagu dan podcast yang kita dengarkan selama setahun, lalu menginterpretasikan bagaimana kebiasaan mendengarkan musik tersebut mencerminkan kepribadian kita.
Buat sebagian orang, konsep ini mungkin terasa agak unik. Dahulu, untuk memahami selera musik seseorang, kita harus mengenal mereka lebih dalam, biasanya dengan bertemu, ngobrol, atau sekadar minum kopi bersama.
Sekarang, cukup dengan mengikuti akun media sosial mereka dan menunggu awal Desember tiba. Mereka pasti akan memamerkan Spotify Wrapped miliknya, dan kamu bisa langsung tahu preferensi musik mereka tanpa harus bertanya.
Melansir dari Learning People, Spotify mengklaim memiliki lebih dari 640 juta pengguna aktif bulanan, jadi wajar saja jika Wrapped menjadi salah satu tren media sosial terpopuler dan abadi.
Bagi yang belum tahu, Spotify Wrapped adalah fitur tahunan dalam aplikasi yang memungkinkan setiap pengguna melihat informasi tentang kebiasaan mendengarkan musik mereka, termasuk artis, lagu, genre, dan lain-lain yang paling sering didengarkan, serta waktu yang mereka habiskan untuk mendengarkan musik di area tersebut.
Wrapped juga memanfaatkan psikologi media sosial. Pengguna terdorong untuk membagikan ringkasan unik mereka, yang pada akhirnya menciptakan gelombang promosi organik bagi Spotify. Platform ini menggunakan visualisasi data agar statistik tersebut tidak hanya informatif, tetapi juga menarik dan mudah dibagikan, dengan tampilan yang ceria dan mencolok.
Spotify Wrapped juga membangun rasa kebersamaan. Meski hasil setiap pengguna berbeda-beda, melihat orang lain membagikan kebiasaan mendengarkan mereka dapat memicu percakapan, bahkan menginspirasi untuk menemukan artis atau genre baru.
BACA JUGA: Cara Cek dan Buat YouTube Music Recap 2025
Psikologi Personalisasi
Dilansir dari ioaglobal.org, salah satu alasan mengapa Spotify Wrapped begitu diminati adalah kemampuannya untuk membuat data terasa personal dan bermakna. Pengguna tidak hanya melihat daftar artis teratas atau lagu yang paling sering diputar, mereka juga menghidupkan kembali momen-momen yang berkaitan dengan ingatan mereka sendiri.
Misalnya, Spotify Wrapped bisa mengingatkanmu pada perjalanan musim panas dengan playlist favorit yang terus diputar, atau malam hujan di Italia bersama teman-teman ketika lagu “Midnights” milik Taylor Swift menjadi soundtrack malam itu.
Dengan menyajikan data dalam bentuk narasi, Wrapped membangkitkan nostalgia dan emosi, memungkinkan hubungan yang lebih dalam antara pengguna dan platform.
Dari sudut pandang psikologis, tingkat personalisasi ini sangat memuaskan. Keberhasilan Wrapped sebagian dapat dikaitkan dengan Zeigarnik Effect, yaitu fenomena di mana pengalaman yang belum selesai atau terputus justru lebih mudah berkesan daripada pengalaman yang lengkap.
Spotify Wrapped berperan sebagai pengingat perjalanan musik yang belum sepenuhnya selesai, mendorong pengguna untuk kembali mendengarkan lagu dan artis yang sempat terlupakan, sekaligus membuat mereka kembali aktif di platform.

Sementara, melansir dari The Prospect, di balik grafis berwarna cerah, judul daftar putar yang menarik, dan nuansa personal, Spotify menggunakan ilmu perilaku dan psikologi untuk membuat jutaan penggunanya tetap terlibat. Melalui penggunaan data numerik, perbandingan sosial, dan efek nostalgia, Spotify Wrapped membuat para pencinta musiknya tetap terpikat.
Spotify juga menggunakan perbandingan sosial dengan menyoroti seberapa sering kita mendengarkan artis tertentu. Ketika kita mengetahui bahwa kita berada di 1% atau bahkan 0,1% penggemar teratas untuk seorang artis, kita merasakan pencapaian dan kebanggaan.
Validasi semacam ini meningkatkan keterlibatan dengan layanan dan membuat kita merasa perlu berbagi minat musik khusus kita dengan orang lain. Pengguna dapat dengan mudah membagikan Wrapped mereka di media sosial, menunjukkan selera musik unik dan dedikasi mereka.
Membagikan Wrapped di lingkaran sosial menciptakan rasa validasi, karena kamu merasa istimewa berada di persentase pendengar teratas untuk artis tertentu.
Menciptakan FOMO untuk Mendorong Berbagi Sosial
Spotify Wrapped memang hebat dalam menarik minat penggunanya melalui penceritaan data, namun itu baru sebagian dari keseluruhan strategi. Selain menjaga keterlibatan pengguna lama, strategi pemasaran yang baik juga harus mampu menjangkau dan menarik pengguna baru. Di sinilah peran FOMO (Fear of Missing Out) dan berbagi konten secara organik berperan.
Dilansir dari Nogood, pada minggu pertama Desember 2020, Spotify mengalami peningkatan unduhan aplikasi seluler sebesar 21% setelah Spotify Wrapped dirilis. Hal ini sebagian besar dipicu oleh rasa takut ketinggalan tren (FOMO) dan sifat viral dari konten yang dibagikan di media sosial.
Spotify Wrapped berhasil menciptakan momen budaya tahunan yang hampir tidak ingin dilewatkan oleh para penggunanya, terutama ketika teman, influencer favorit, hingga berbagai merek membanjiri media sosial dengan rangkuman Wrapped versi mereka masing-masing.
Kampanye ini mengubah Spotify dari sekadar aplikasi streaming musik menjadi semacam simbol identitas dan selera. Melihat orang lain membagikan cerita Wrapped mereka juga dapat mendorong mereka yang belum menggunakan Spotify untuk ikut mendaftar, hanya agar bisa berpartisipasi dan membagikan ringkasan data mereka sendiri.
Hal yang membuat Spotify Wrapped semakin efektif dalam meningkatkan kesadaran merek dan menarik pengguna baru adalah cara penyajiannya yang dirancang untuk dampak visual dan sosial yang maksimal. Spotify merancang tampilan grafis Wrapped agar terlihat cerah, menyenangkan, dan pas untuk dibagikan di platform seperti Instagram Stories.
Warna-warna yang berani, animasi unik, serta slide ringkas yang mudah digulir dioptimalkan untuk konsumsi cepat dan berbagi dengan mudah. Setiap statistic, mulai dari artis paling sering diputar hingga total menit mendengarkan ditampilkan dengan cara yang terasa seperti sebuah pencapaian yang layak untuk dibanggakan.
Untuk mendorong pengguna membagikan Wrapped mereka, Spotify secara jelas menempatkan tombol “share” di dalam aplikasi, sehingga pengguna bisa langsung mengunggah hasilnya ke media sosial dengan mudah.
Desain yang disengaja ini membuat setiap Wrapped pengguna menjadi konten yang siap dibagikan, memicu lebih banyak percakapan, tanda suka, dan rasa penasaran yang pada akhirnya memperkuat FOMO bagi non-pengguna sekaligus menegaskan relevansi budaya Spotify.
Mengapa Pengguna Tetap Menggunakan Spotify Wrapped Meski Ada Kehawatiran Privasi Data?
Terlepas dari popularitasnya, Spotify Wrapped tidak lepas dari kontroversi. Spotify mendapat kritik dari pengguna atas laporan penggunaan kecerdasan buatan dalam pembuatan edisi Wrapped 2024.
Selain itu, meningkatnya pembicaraan tentang Spotify saat periode perilisan Wrapped juga sering dimanfaatkan sebagian pengguna untuk menyoroti ketidakpuasan mereka terhadap sistem pembayaran Spotify yang dinilai kurang adil bagi para artis yang mengunggah karya mereka di platform tersebut.
Bagi banyak orang, persoalan utama yang kerap diabaikan adalah hal yang justru menjadi dasar keberadaan Wrapped itu sendiri, berbagi data. Topik ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada Spotify, karena banyak platform internet lain juga mendapat kritik serupa, tetapi tetap menjadi hal sensitif bagi sebagian pengguna.
Saat mendaftar, pengguna memang memberikan persetujuan bagi Spotify untuk mengumpulkan dan menggunakan data sesuai kebijakannya. Namun, bagi banyak orang, gagasan bahwa sebuah perusahaan mengakses dan memanfaatkan data pribadi mereka tetap menimbulkan rasa tidak nyaman.
Meski begitu, ketika Wrapped dirilis, banyak pengguna cenderung lebih menerima penggunaan data tersebut, setidaknya untuk sementara waktu. Menurut Binghamton University School of Management Profesor Debjit Gupta, salah satu alasannya adalah karena pengguna merasa menjadi pihak yang lebih aktif dan terlibat langsung dalam pemanfaatan data mereka sendiri.
“Pada dasarnya, Wrapped hanyalah tindakan membagikan data pribadi kepada orang lain. Kamu memberikan datamu untuk bisa dilihat semua orang, kan? Itu semua riwayat kebiasaan mendengarkanmu selama setahun terakhir,” ujar Gupta.
“Tentu saja, ada banyak lapisan di balik itu. Spotify membuat proses ini terasa menyenangkan, dengan tampilan visual yang menarik dan berbagai jenis peringkat,” sambungnya.
Alasan lain yang dikemukakan Binghamton University School of Management Profesor Soo Hyung (Palph) Park terkait mengapa pengguna tetap bertahan meskipun ada kekhawatiran soal data adalah keterikatan emosional terhadap musik mereka.
Banyak pengguna telah menghabiskan waktu bertahun-tahun, bahkan lebih dari satu dekade untuk mengumpulkan lagu dan menyusun playlist mereka.
Kini, memang tersedia berbagai platform migrasi yang memudahkan pemindahan playlist dari satu layanan ke layanan lainnya, sehingga berpindah platform tidak lagi seribet dulu.
Namun, seperti yang disampaikan Park, kenangan yang terbentuk melalui musik selama bertahun-tahun bisa menjadi faktor besar yang membuat orang tetap bertahan di Spotify, dan Wrapped menjadi pengingat tahunan akan keterikatan tersebut.
“Khususnya dalam layanan penceritaan yang sangat dipersonalisasi seperti Spotify Wrapped, kita bisa merasakan bahwa platform ini benar-benar menyimpan sejarah perilaku mendengarkan kita. Secara teknis, ini bukan ikatan kontrak, kita sebenarnya bisa saja berpindah platform kapan pun dan kehilangan sekitar $10, yang bukanlah masalah besar,” katanya.
“Namun, yang sulit ditinggalkan adalah data yang tersimpan, waktu yang telah dihabiskan, dan kenangan yang telah dikumpulkan platform ini,” ujar Park.
- Baca Juga: Mengungkap Penghasilan Musisi di Spotify
Menurut saya, hal itu menjadi semakin kuat dan lebih terasa ketika Spotify menghadirkan layanan seperti Wrapped, karena rasanya seperti mereka benar-benar menyimpan memori saya,” sambungnya.
Adapun, bagi kamu yang belum cek Spotify Wrapped 2025, kamu bisa buka aplikasi Spotify dan pilih menu Home, di situ akan muncul banner bertuliskan Wrapped 2025.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 04 Dec 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 04 Des 2025
