Teluk Pacitan terlihat dari bukit Sentono Gentong
Halo Wisata

Mengenal Geopark Gunung Sewu, Bentang Alam Fenomenal Khas Tropis

  • Gunung Sewu sejak 2015  secara resmi  menjadi anggota Jaringan Geopark Dunia yang ke-117. Dengan demikian Indonesia mempunyai dua geopark dunia, setelah Geopark Batur yang dinobatkan pada 2012. Tetapi barangkali belum semua tahu tentang apa sebenarnya kawasan geopark, bagaimana alam ini terbentuk dan mencakup wilayah mana saja.

     

Halo Wisata
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Pacitan—Terbentang sepanjang 120 km dari Pantai Parangtristis Selatan Yogyakarta hingga Teluk Pacitan di Jawa Timur Gunungsewu merupakan bentang alam khas tropis yang fenomenal.

Dengan lebar antara 20 km hingga 40 km serta luas dan sekitar 480 km persegi, Gununung Sewu menempati tiga kabupaten yakni Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan. Sekaligus menempati di tiga provinsi yakni Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Badan Geologi mencatat kawasan ini memiliki lebih dari 40.000 lebih gunung gamping yang didominasi bukit kerucut atau conical hill dan bukit berpuncak melengkung  atau sinosuid hill. Topografi pundak berlereng curam mendominasi pinggiran selatan Gunung Sewu yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.

Gunung Sewu adalah kawasan kars tipe tropis yang bercirikan bukit-bukit setengah bola dan berlereng cembung. Serupa yang terdapat di Jamaika, Filipina dan Dalmatia di Kroasia.

Sekitar dua juta tahun lalu kawasan geopark Gunungsewu sebenarnya terendam di laut sedalam 40 meter yang kemudian terangkat ke permukaan dan selanjutnya terbentuklah morfologi seperti bukit lembah dan lekukan-lekukan topografi yang sangat unik.

Pengangkatan ke atas air laut ini membuat batu gamping mengalmai proses pelarutan air membentuk bentang alam kars.  Kartisifikasi tersebut masih berlangsung hingga sekarang. Di bawah tanah wilayah ini juga berkembang sistem goa vertikal, horizontal ataupun gabungan dari keduanya.

Proses pembentukan bentang alam di kawasan Gunung Sewu dikendalikan oleh struktur geologi seperti patahan dan retakan. Patahan dan retakan batuan itu menmfasilitasi masuknya air hujan ke batu gamping yang lebih dalam.

Selain itu pelarutan di bawah permukaan tanah selama ratusan ribu tahun menghasilkan lorong-lorong goa dan berbagai jenis ornamen dan hiasan goa seperti stalagmit, stalalagtits, kolom dan sebagianya. Sebagai contoh Luweng Grubuk di Gunugnkidul sedalam lebih 90 meter dan Luweng Jaran di Pacitan sepanjang 20 km menjadi sistem pergoaan terdalam dan terpanjang di Pulau Jawa.

Kawasan Geopark Gunungsewu terdiri dari 33 situs warisan bumi 30 situs geologi dan tiga situs non geologi. Situs non-geologi adalah adalah Hutan Turunan, Hutan Wanagama dan Situs Ngrijangan di Gunungkidul. Sedangkan 30 situs geologi dibagi dalam tiga area yakni area barat (Gunungkidul) area tengah (Wonogiri) dan area barat (Pacitan).

Gunung api purba formasi Nglangeran, endapan laut tua formasi Sambipitu keduanya di Gunungkidul dan Goa Gong di Pacitan merupakan situs unggulan geologi. Situs geologi unggulan lainnya geoarea lembah kering Giritontoro-Sadeng,  kompleks gua di sekitar Pracimantoro di Wonogiri dan Pantai Klayar Pacitan.

Goa Gong yang terletak di Punung Pacitan memang memliki bentuk dan aneka ornamen goa yang unik. Dinamakan Goa Gong karena masyarakat kerap mendengar suara mirip bunyi gong. Memiliki panjang 100 meter goa ini memiliki stalagmit dan stalagtit berbagai ukuran. Sebagian ornamen masih terbentuk hingga sekarang karena ketersediaan air. Bentuk-bentuk yang unik pun diberi nama sesuai kearifan lokal seperti Selo Jengger, Selo Bantaran Angin atau Selo Citro Cipto Agung.

Selain Goa Gong, sejumlah situs geologi geopark Gunung Sewu yang ada di Pacitan  adalah Pantai Klayar, Pantai Buyutan, Pantai Watukarung, Pantai Srau, Pesisir Teluk Pacitan,  Gua Tabuhan, Luweng Jaran, Song Terus, Luweng Ombo, Luweng Ombo, Sungai Baksoka, dan Danau Guyangwarak.

Baksoka menjadi satu-satunya situs geologi di geoarea timur Gunung Sewu yang merupakan sungai permukaan. Lembah sungai yang berundak menyingkapkan endapan Kuarter lempung hitam atau Formasi Kalipucung, yang menindih tak selaras batu pasir gampingan.

Guyangwarak merupakan telaga yang berair sepanjang tahun. Telaga itu dibentuk oleh genangan air yang mengisi lekuk dolina yang dasarnya dilapisi oleh terrarossa bersifat lempungan sehingga menjadi kedap air. Nama Guyangwarak menunjukkan bahwa telaga ini menjadi tempat badak mandi. Namun hewan itu telah punah.

Kawasan Gunung Sewu tidak pernah sepi dari kehidupan. Sejak ratusan ribu tahun lalu hingga sekarang menjadi hunian yang nyaman. Manusia purba hidup di goa-goa berdampingan dengan binatang-binatang besar seperti badak dan kudanil yang telah punah.