
Nelayan Cianjur Mengadu Nasib ke Pacitan, Tetapi Tetap Saja Tak Bisa Melaut
Minimnya penghasilan melaut karena cuaca esktrem dan musim paceklik ikan, membuat ratusan nelayan di Pantai Jayanti, Cianjur, Jawa Barat, memilih mengadu nasib ke perairan Pacitan.
Halo Berita
Halopacitan, Pacitan— Hadi (38) seorang nelayan Cianjur mengatakan sejak beberapa bulan terakhir ratusan nelayan di pantai selatan terpaksa menganggur karena cuaca buruk berkepanjangan dan minimnya hasil tangkapan setiap kali melaut.
Bahkan tidak sedikit dari mereka yang terpaksa banting stir menjadi buruh tani atau buruh serabutan diberbagai wilayah di kota atau keluar kota Cianjur, agar tetap dapat menapkahi keluarganya.
"Saya dan sebagian besar nelayan lainnya berusaha bertahan karena tidak memiliki cukup modal untuk pindah mencari ikan di perairan Jawa Timur. Saat ini nelayan lokal hanya berani keluar beberapa ratus meter dari bibir pantai," katanya dikutip Antara Jumat (04/01/2019).
Meskipun hasil tangkapan sekali melaut hanya cukup untuk menutupi kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan tidak cukup untuk satu minggu. Bahkan untuk biaya melaut sebagian besar terpaksa meminjam terlebih dahulu ke pemilik kapal atau tetangga.
Mahalnya harga bahan bakar di wilayah tersebut, cukup dikeluhkan nelayan yang mencapai Rp10 ribu persatu liter BBM jenis pertalite atau premium. Pasalnya selama ini mereka tidak dapat membeli langsung ke SPBU karena harus mengantongi surat ijin resmi.
Nelayan Pacitan juga mengaku beberapa waktu terakhir tidak bisa melaut karena cuaca buruk. Banyak dari mereka yang terpaksa banting setir menjadi kuli panggul dan kuli bongkar kapal untuk mendapatkan penghasilan.
“Saya sudah seminggu ini enggak dapat bekerja, ya biasanya ada satu, dua kapal yang baru datang untuk bongkar hasil tangkapanya,” kata Rantam (52), salah satu nelayan Pacitan Jumat.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Edi Suwono (47) salah seorang kuli bongkar kapal lainya, Akibat tak ada kapal tongkang yang bongkar muat. Ia mencari pekerjaan lainya, yakni berjualan LPG dan air galon pada kapal-kapal pencari layur.
“Biasanya jualan tabung LPG juga galon air ke kapal-kapal sekoci pencari ikan layur. Tapi ini sampingan saja, sekalian bantu istri jualan. Tapi kalau ada kapal besar yang bongkar muatan ya kesana,” katanya
Dalam sekali bongkar ia bisa mendapatkan pemasukan sekitar Rp200.000. Namun tergantung pada banyak sedikitnya jumlah kuli bongkar dan juga hasil tangkapan. “Per satu ton dapat upah Rp50.000 itu masih dibagi lagi sama teman lainya,” katanya.
