
Pantang Minta Belas Kasihan, dari Atas Kursi Roda Tumardi Mendobrak Keterbatasan
Kejadian yang menimpanya saat usia 17 tahun sempat membuat Tumardi putus asa melihat masa depan hidupnya. Hingga kesadaran untuk bangkit tiba untuk mendobrak segala keterbatasan.
Halo Berita
Halopacitan, Tulakan—Tangan Tumardi bergerak tangkas menggarap bambu yang dia pegang. Dibentuknya sebuah lingkaran dari bilah bambu yang telah dia haluskan. Beberapa kali dia memandang hasil karyanya untuk memastikan lingkaran yang terbentuk sudah benar-benar sempurna.
Sekilas, warga RT 01/RW 10, Dusun Pojok, Desa Wonoanti, Kecamatan Tulakan tersebut terlihat seperti sosok pada umumnya. Tetapi jika diperhatikan kedua kakinya terlihat kecil dan hal itu membuatnya tidak bisa berjalan.
Dengan suara tenang dia mengatakan kondisi ini mulai dialami saat dia berusia 17 tahun ketika dia terjatuh dari pohon kelapa. Sejak saat itu dia harus melanjutkan hidupnya di atas kursi roda. "Sejak usia 17 tahun itu mengalami kecelakaan," katanya Kamis (24/01/2019) sore.

Tumardi sedang bekerja (Istimewa)
Pria kelahiran 1967 tersebut mengaku sempat putus asa akan kondisinya tersebut, tetapi pelan namun pasti dia melawan rasa itu untuk bangkit. Berbagai kesibukan pun dia lakukan untuk mengisi hari-harinya.
Berbagai kerajinan pun dia buat. "Sekitar lima tahun setelah cacat berbagai hal saya buat, hiasan lampu, hiasan dinding, anyam-anyaman, alat masak batok kelapa, asbak, bunga-bungaan, mainan anak, mobil-mobilan, hampir semua saya coba,” lanjutnya.
Setelah melalui berbagai proses akhirnya dia memutuskan untuk membuat sangkar burung. Hal itu yang dia jalani hingga saat ini.
Sangkar yang dia buat dihargai berbeda-beda sesuai kerumitannya dengan yang paling mahal mencapai Rp200.000. Dia pun juga harus harus bersaing dengan perajin sangkar burung lainnya yang semakin hari semakin bertambah.
"Kalau jualnya, orang biasanya yang pesan ke sini, sekarang juga sudah banyak perajin sangkar dan harga bahannya juga naik," kata Tumardi.

Sangkar burung buatan Tumardi (Istimewa)
Pria yang hanya tinggal dengan adiknya bertekad untuk tidak meminta-minta agar dapat belas kasih dari seseorang, sebisa mungkin ia berusaha untuk mandiri dengan ketrampilan yang dimilikinya.
"Malu rasanya kalau minta bantuan atau belas kasihan orang. Sebisa mungkin mandiri," ungkapnya pria tersebut.
Tumardi menjadi satu bukti bahwa keterbatasan fisik bukan halangan bagi seseorang untuk terus berusaha maupun berkarya."Yang terpenting, selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini dan juga selalu tabah, sabar agar bisa menghadapi segala persoalan hidup," imbuhnya.
