Bebatuan menutupi sungai Grindulu di Dusun Wonoasri, Desa Karangrejo, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan.
Halo Berita

Pendangkalan Grindulu Mengancam, Pemkab Tak Bisa Berbuat Banyak

  • Banjir dan tanah longsor tahun lalu menyisakan pendangkalan Sungai Grindulu di beberapa titik yang bisa menjadi ancaman acaman saat musim hujan datang. Sayangnya Pemkab tidak bisa berbuat banyak.

Halo Berita
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Arjosari – Akibat banjir tahun lalu, material longsoran dan batu mengalir melalui sungai Grindulu yang membuat pendangkalan di sejumlah titik, salah satunya di Dusun Wonoasri, Desa Karangrejo, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan.

Menurut sejumlah warga, ada sekitar 21 kepala keluarga yang terancam luapan air dari pendangkalan sungai di dusun tersebut jika terjadi aliran sungai meningkat saat hujan.

Jarak permukiman warga cukup dekat dari sungai, bahkan ada dua rumah di RT06/RW 06 yang hanya berjarak dua meter.  “Sebenarnya rumahnya masih bisa di huni, tetapi saya takut banjir datang ya terpaksa saya kosongkan” kata Sukinah (55) salah seorang warga yang rumahnya terancam. Mereka berharap Pemerintah segera menangani masalah tersebut.

Kata Yudo Tri Kuncoro Kasi Pembangunan dan Sumber Daya Air Kabupaten Pacitan mengakui adanya risiko btersebut. Pihaknya sudah melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan mengusulkan normalisasi sungai ke Balai Besar Wilayah Sungai (BWS) Bengawan Solo dan Daerah Alisan Sungai (DAS) Bengawan Solo yang membawahi Grindulu.

Namun hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan kepastian dari instansi tersebut. Kemungkinan anggaran dari Pemerintah Pusat msaih diutamakan untuk membenahi  wilayah bencana seperti Lombok dan Palu.

“Terkait pendangkalan Sungai Grindulu, Pemda hanya bisa mengusulkan, terkait realisasinya menunggu informasi dari BWS dan DAS Bengawan solo,” kata Yudo Tri Kuncoro Senin (05/11/2018)

Apakah tidak bisa diambilkan dari dana APBD? Yudo menyebut hal itu akan menyalahi aturan penggunaan daerah. “Jika dimbilkan dari APBD,  nanti Pemkab Pacitan kena semprit Badan Pengawas Keuangan (BPK),” tambahnya memaparkan.

Di satu sisi, batu-batu tersebut menjadi rezeki tersendiri karena bisa menjadi tambahan penghasilan masyarakat yang mengambilnya untuk dijual.  Hanya saja jumlah batu yang menutupi sungai cukup banyak hingga dikhawatirkan nantinya akan mengganggu aliran air saat musim hujan tiba.

”Seama seminggu kira-kira dapat satu truk engkel, nanti ada pembeli yang datang dijual Rp120.000 per truk” kata Muhammad Nasir (48)  salah seorang pencari batu.