
Perajin Batu Bata Dusun Jaten Terpaksa Datangkan Tanah Baras dari Luar Kecamatan
Dusun Jaten, Desa Tanjungsari, Kecamatan Pacitan dikenal sebagai sentra produksi batu bata. Namun kini mereka mulai kesulitan mencari tanah baras yang menjadi bahan utamanya hingga harus membeli dari daerah lain.
Halo Berita
Halopacitan, Pacitan – Selama puluhan tahun dikeruk, persediaan tanah baras di Jaten mau tidak mau memang terus menipis. Menurut Yanto (57) salah seorang pembuat bata merah hampir semua warga masyarakat Dusun Jaten berprofesi sebagai pembuat bata merah.
“Hampir semua warga dusun sini bisa buat bata, dan itu sudah turun temurun dari orang-orang tua. Waktu saya masih muda dulu orang-orang sini sudah pada buat bata, tapi buatnya sedikit-sedikit, enggak kaya sekarang,” ucapnya saat ditemui Halopacitan, Rabu (16/01/2019).
Namun jumlah pembuat batu bata yang begitu banyak membuat tanah baras menjadi semakin habis. “Tanah disini memang bagus kalau untuk dibuat bata. Dulu melimpah tetapi sekarang sudah tinggal sedikit, soalnya kandungan tanah baras di sini, enggak seimbang sama jumlah pembuatnya, jadi lama-lama habis,” tambahnya.
Mau tak mau jika ingin produksi batanya terus berjalan maka mereka mencari bahan dari daerah lain. ”Sekitar tahun 2004 lalu mulai pada ngambil dari Kebonagung. Sebenarnya di sini masih ada tetapi tinggal sedikit, sayang kalau terus dikeruk, mending ambil dari tempat lain yang, masih banyak tanahnya,” kata Setiyono (55) salah seorang pembuat bata merah lainya.
Mengambil bahan dari daerah lain mau tidak mau juga meningkatkan biaya produksi karena terberbani biaya transportasi dan beli tanah. ” Kalau dulu masih gratis belum beli, tapi sekarang harus beli. Harganya tergantung kebutuhan, satu pickup itu Rp 70.000, kalau pakai truk engkel itu Rp120.000. Ongkos kirimnya antara Rp 35.000 hingga Rp50.000,” katanya.
