
Punya Stadion Top, Sepakbola Pacitan Minim Modal
Akibat terbatasnya sumber dana, kompetisi sepakbola di Pacitan jalan ditempat. Banyak bakat-bakat muda yang akhirnya gagal berkembang.
Halo Berita
Halopacitan,Pacitan
Pacitan sesungguhnya memiliki banyak bakat-bakat muda sepakbola yang berpotensi tampil di kancah nasional. Sayangnya akibat pendanaan yang terbatas persepakbolaan di kabupaten ini sulit berkembang.
"Kami punya banyak bibit pemain muda yang layak untuk tampil di level tinggi nasional. Tapi karena terbatasnya kompetisi usia muda, talenta-talenta muda itu akhirnya gagal mengorbit dan hilang ditelan usia," ungkap Hudiono, penanggungjawab Persatuan Sepakbola Pacitan (Perspa) kepada Halopacitan, Rabu (31/1).
Hudiono menjelaskan, sebenarnya PERSPA berencana untuk ikut tampil di ajang Liga 3 PSS. Namun menjelang deadline administrasi pada 2 Februari esok, belum ada keputusan apakah tim kebanggaan wong Pacitan ini bisa ikut berkompetisi.
"Sampai kemarin (30/1), pengurus PERSPA sudah membicarakan hal ini, tapi belum ada keputusan. Kami masih menunggu," ucapnya.
Lambannya langkah PERSPA ikut kompetisi PSSI sejalan dengan seretnya sumber dana untuk membiayai olahraga ini. Walaupun sepakbola menjadi olahraga paling digemari di kabupaten berpenduduk lebih dari setengah juta jiwa ini, namun alokasi dana untuk sepakbola sangat minim.
Menurut Hudiono untuk menggerakkan kegiatan sepakbola, PERSPA hanya mendapat jatah sebesar Rp 75 juta setahun. Dengan dana sebesar itu program yang disusun pengurus tidak bisa berjalan optimal. Beberapa kompetisi kelompok umur seperto U12 dan U16 juga kurang berjalan baik.
"Dimanapun talenta hebat itu akan terasah lewat kompetisi. Jika di Pacitan ini kompetisinya mandeg ya akhirnya banyak bibit muda yang karirnya tidak berkembang," katanya.
Terpisah para praktisi sepakbola di Pacitan juga menyayangkan minimnya dukungan terhadap pengembangan sepakbola di Pacitan. Padahal Pacitan memiliki banyak pemain berbakat dan didukung infrastruktur stadion olahraga modern.
"Sebenarnya saya juga prihatin kepada anak-anak yang memiliki kemampuan lebih, akhirnya tidak punya wadah untuk mengembangkan bakatnya. Akhirnya banyak pemain muda yang keluar dari Pacitan dengan modal sendiri untuk mengadu nasib," jelas Yuyun (46) Penanggung jawab dari Tim RESPAC Pacitan.
Sebelumnya empat pemain muda PERSPA yaitu Rzky Nizar (17), Muhammad Nur Asif (17), Satria Ahu (17) dan Eko Saputro (18) ikut seleksi pemain yang diadakan Bhayangkara FC akhir tahun lalu. Meskipun belum menuai hasil terbaik namun pastisipasi empat pemain muda itu menunjukkan bahwa talenta Pacitan telah masuk radar pemandu bakat nasional.
"Semoga kedepannya ada warga Pacitan baik yang sukses di daerah sendiri maupun di perantauan mau ikut mendukung pengembangan sepakbola Pacitan. Peran sponsor sangat penting untuk memajukan sepakbola kampung halaman kita ini," ujar Hudiono.
