PACITAN-Buah Pace yang menjadi sumber nama dari Kabupaten Pacitan ternyata memiliki sejarah panjang. Sejak ribuan tahun lalu buah ini juga sudah diyakini memiliki khasiat kesehatan.
Bangsa polinesia mengenal buah pace atau mengkudu dengan sebutan noni. Sejak sekitar 1500 tahun lalu mereka memanfaatkan buah mengkudu untuk mengobati berbagai jenis penyakit, diantaranya : tumor, luka, penyakit kulit, gangguan pernapasan (termasuk asma), demam dan penyakit usia lanjut. Pengetahuan tentang pengobatan menggunakan buah mengkudu diwariskan dari generasi ke generasi melalui nyanyian dan cerita rakyat.
Tabib Bangsa Polinesia yang disebut Kahuna adalah orang yang memegang peranan penting dalam dunia pengobatan tradisional Bangsa Polinesia dan selalu menggunakan buah mengkudu dalam resepnya.
Laporan-laporan tentang khasiat tanaman buah mengkudu juga terdapat pada tulisan-tulisan kuno yang dibuat kira-kira 200 tahun yang lau, yaitu pada masa pemerintahan Dinasti Han di China. Bahkan juga dimuat dalam cerita-cerita pewayangan yang tertulis pada pemerintahan raja-raja di Pulau Jawa ratusan tahun yang lalu.
Sejumlah sumber menyebutkan asal usul buah yang memiliki nama ilmiah Morinda citrifolia ini tidak terlepas dari keberadaan bangsa Polinesia yang menetap di Kepulauan Samudra Pasifik. Bangsa Polinesia dipercaya berasal dari Asia Tenggara dan dikenal sebagai penjelajah samudera yang paling berani.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kolonialisasi wilayah Oceania oleh nenek moyang orang polinesia merupakan sejarah terbesar migrasi maritim manusia dan tidak ada yang dapat mengalahkan orang polinesia dalam hal jauhnya pergerakan melalui laut. Pengembaraan dengan kapal sederhana ini bahkan sudah dimulai sejak tahun 100 SM.
Mereka menempuh ratusan bahkan ribuan kilometer dengan perahu sederhana untuk menaklukkan pulau pulau baru dan kembali lagi ke tempat pulau tempat tinggalnya.
Tidak diketahui alasan sebenarnya dari migrasi ini. Ada yang mengatakan karena kekecewaan, ada juga yang mengatakan sebagai simbol status dan ada juga yang menyebut untuk melakukian perdagangan.
Setelah lama mengembara, mereka sampai di sekitar Polinesia, yaitu kepulauan di sekitar Pasifik Selatan dan menetap di tempat tersebut. Namun sebagian kembali menggembara dengan membawa sejumlah binatang dan tumbuhan yang mereka temukan di pulau yang dia tempati.
Beberapa tumbuhan asli dibawa mengembara seperti pisang, talas, ubi jalar, sukun, tebu, dan juga mengkudu. Akhirnya tumbuhan itupun menyebar ke penjuru dunia termasuk sampai ke Indonesia.
Buku Ensiklopedi Nasional Indonesia menyebutkan dua spesies mengkudu. Pertama, Morinda citrifolia yang berdaun lonjong besar berwarna hijau mengkilap. Kedua, Morinda ellipticca yang berdaun jorong meruncing.
Buah mengkudu dapat tumbuh di dataran rendah, tepi pantai hingga ketinggian 700 m diatas permukaan laut. Buah mengkudu juga dapat tumbuh di daerah yang tanahnya miskin unsur hara dan di tanahtanah yang sistem pengairannya kurang bagus. Di Indonesia, Morinda citrifolia dikenal dengan nama lokal, seperti di Jawa (pace, bentis, atau kemudu), di Sunda (cengkudu), di Madura (kodhuk), di Aceh (keumudee), di Bali (wungkudu, tibah), dan di Sumatera (bengkudu,pamarai).