Program One Pesantren One Product (OPOP) yang digagas Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mentargetkan tahun 2024, ada 1.000 alumni yang berwirausaha sehingga membuka peluang penyerapan lapangan kerja.
Hal ini disampaikan Ketua Harian OPOP Jatim, Mas Purnomo Hadi, usai Rapat Sinergi Program OPOP Jatim dengan PT Telkom di Dinas Koperasi dan UMKM Jatim, Jumat (21/5/2021).
“Jadi bukan hanya pesantren dan santrinya saja, alumni juga kita akan bantu untuk menjadi wirausahawan” ucapnya seperti dilansir dari laman kominfo.jatimprov Jumat (21/5/2021).
Saat ini menurutnya, di Jatrim ada 5.000 pondok pesantren. Tahun ini ada 200 pesantren yang masuk program OPOP nantinya hingga tahun 2024 Jatim menargetkan 1000 pesantren siap mengembangkan UMKMnya. Ia menambahkan, untuk produk OPOP sebetulnya sangat banyak, lebih dari 1.000 namun yang terakurasi baru 250-an produk.
“Tahun depan 250, program ini sudah siap dan tertata namun kita tidak bisa langsung membuka semuanya, dikarenakan tenaga yang terbatas sehingga harus bergilir, Produk – produk tersebut memang yang harus memenuhi syarat sertifikasi dan standarisasi. Salah satu unggulan OPOP berada di makanan, minuman serta fashion,’ ungkapnya
Terkait kerjasama OPOP dengan Telkom, Hadi menjelaskan hal tersebut untuk meningkatkan kualitas pesantren, dengan mendorong sinergi antara OPOP dengan program Pesantren Go Digital yang dikembangkan Telkom.
Untuk diketahui, Pesantren Go Digital merupakan solusi yang dikembangkan PT Telkom Indonesia untuk digitalisasi segmen lembaga pesantren. Program tersebut memiliki enam produk unggulan yaitu, Kartu Santri, Website Builder, E-commerce, Platform Belajar Digital, Connectivity, serta Dakwah Digital.
Sementara Ekosistem OPOP sangat jelas yang dimana di dalamnya ada pesantren preneur, santri preneur, dan social preneur. Di dalam sistem kerjanya OPOP berkerjasama dengan stakeholder yang lain seperti BUMN, Perbankan, dan BUMD.
“Kami harus melakukan pendekatan-pendekatan dengan beberapa stakeholder untuk menyukseskan OPOP, salah satunya PT Telkom ini,” kata Hadi yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jatim.
Sementara itu, Sekjen OPOP Jawa Timur, Mohammad Ghofirin mengungkap, untuk masuk dalam program OPOP tidak susah cukup pesantren terdaftar di Kementerian Agama dan memiliki produk unggulan.
“Produk unggulan pesantren tidak harus yang sudah dikenal, produk baru juga bisa didaftarkan, nanti kami yang akan membatu memasarkan dan meningkatkan kualitas produk tersebut,” imbuhnya.
Nantinya para pengurus OPOP akan lakukan pendampingan kelembagaannya, SDM, produk, pemasaran, dan permodalan.
Menurut Ghofirin, pangsa pasar produk pesantren tidaklah sulit karena bisa saling bertukar kebutuhan. Misal, Pondok yang berada di dataran tinggi biasanya menghasilkan produk olahan pertanian, mereka bisa menjual pada ke pondok di daerah pesisir yang biasanya banyak memproduksi makanan olehan dari ikan.
“Kita juga bisa memasarkan produk melalui pameran atau lewat internet sehingga pasarnya lebih luas, Untuk pemasaran dilakukan secara online dan offline, dengan kegiatan ini kami ingin menghilangkan anggapan jika produk pesantren tidak hanya bisa membuat, tetapi bisa juga menjual produk unggulannya,” harapnya.