PACITAN–Tanaman suweg kian sulit ditemui di Pacitan. Padahal pada masa lalu ini salah satu komiditi yang cukup melimpah.
Suweg merupakan salah satu tanaman umbi-umbian yang mengandung karbohidar tinggi. Tanaman juga bisa bisa sebagai pengganti nasi.
Namun seiring berjalannya waktu, tanaman suweg saat ini semakin sulit untuk ditemukan. Banyak petani enggan untuk menanamnya lagi.
Keenganan penati diakibatkan karena pasar untuk permintaan tanaman suweg belum ada. Jikapun ada hanya masyarakat lokal saja yang mengkonsumsi. Padahal konsumsi masyarakat lokal tidak setiap hari, mengkonsumsi tanaman suweg.
“Sekarang sudah jarang yang menanam secara khusus suweg. Jika masih ada yang menanam maka itu hanya secara acak di lahan masing-masing petani.Jadi bekas tunas yang dulu masih ada, dipotong nanti tumbuh lagi. Selain juga program untuk penanaman suweg secara nasional juga belum ada dukungan, jadi lebih memilih menanam yang lainnya,” kata Gatut Winarso, Kepala Pertanian Pacitan, Rabu (3/8/2022).
Menurut data sebaran Suweg di Pacitan pada tahun 2021 jumlah luas lahan tanam suweg jika ditotal mencapai 111,1 hektar dan luas panen lahannya mencapai 98,1 hektare. Angka ini terbilang cukup luas, sayangnya lahan tersebut belum dimanfaatkan secara khusus.
Harga jual suweg juga relatif rendah. Misalnya saja untuk di Kecamatan Pringkuku per kg hanya dihargai Rp2500, sedangkan dengan harga yang paling rendah di Kecamatan Tulakan hanya dihargai dengan Rp600 per kilogramnya.
Dengan harga jual yang terbilang kurang kompetitif ini, yang menjadi alasan suweg sekarang langka untuk ditemukan.