
Warga Gembong Keluhkan Debu Pabrik Beton
Debu yang dihasilkan dari aktivitas produksi batching plant dan crushing atau beton PT Brantas Abipraya dikeluhkan masyarakat sekitar karena dinilai sudah cukup mengganggu. Bahkan sejumlah warga mengaku mengalami gangguan kesehatan, terutama pernapasan.
Halo Berita
Halopacitan, Arjosari—Sejumlah warga mengaku debu berhamburan dari proses kerja di pabrik yang ada di wilayah perbatasan Desa Borang dengan Desa Gembong ini hingga di lingkungan warga. Terlebih saat musim kemarau, dampaknya semakin terasa,
Hadi Prabowo (63), salah satu warga yang beralamatkan di RT 01 RW 04 Dusun Papringan Desa Gembong menuturkan, sebelum ada pabrik, walaupun musim kemarau debu tidak sebanyak sekarang saat ini dia menderita sakit paru-paru dan setiap bulan harus berobat ke Malang.
Sebagai akibat banyaknya debu, Hadi kini mengalami gangguan kesehatan. "Awalnya saya kira cuma batuk biasa, tapi kok lama tidak sembuh-sembuh, sama istri suruh periksa ke dokter di rumah sakit Pacitan, dokter bilang sakit paru-paru," ujar Hadi Prabowo saat ditemui Halopacitan di rumahnya, Jumat, (21/09/2018).
Hadi menduga batuk berkepanjangan yang dideritanya tersebut disebabkan aktivitas produksi dari PT Brantas Abipraya yang lokasinya hanya berjarak 50 meter dari rumahnya. Debu tebal selalu menyelimuti halaman, teras hingga di dalam rumahnya, dan membuatnya harus membersihkan rumah hingga berkali-kali.
''Kalau menyapu rumah bisa empat sampai lima kali. Pintu dan jendela rumah saya tutup terus, ventilasi udara juga saya tutup plastik, tapi debu juga masih banyak di dalam rumah," ungkap Hadi
Karena fasilitas RSUD Pacitan tidak lengkap, terpaksa ia harus dirujuk ke RSUD dr Saiful Malang. Meski sudah mendapatkan fasilitas BPJS, setiap bulan Hadi dan Istri harus merogoh kocek setidaknya Rp500.000 untuk biaya transportasi dan makan.
"Untung di Malang kita ada saudara, misal inap untuk nunggu obat ataupun nunggu antrean tidak harus bayar, soalnya saya juga asli Malang," kata Santi, istri Hadi Prabowo.
Santi mengaku, beberapa waktu lalu pernah mendatangi pabrik yang memproduksi beton untuk pembangunan bendungan Tukul di Desa Karanggede Arjosari tersebut guna mengadu, tetapi tidak bertemu pimpinan. "Kata satpamnya, pimpinan lagi ke Karanggede, dan ada juga perwakilan warga Pak Samsudin yang juga ke Pabrik, katanya mau dilakukan penyiraman jalan setiap hari, tetapi hingga saat ini tidak mesti setiap hari," ungkap Santi.
Sukiyem, warga lainnya juga mengeluhkan hal yang sama, ia mengatakan dampak debu hasil produksi juga mendarat hingga masuk ke dalam rumahnya.
"Bukan saya saja, warga di dekat pabrik ini juga mengalami hal yang sama, apalagi kalau siang pabrik sudah mulai produksi ditambah angin juga kencang, pintu ditutup debu juga masuk ke rumah," keluh Sukiyem.
Selama ini, lanjutnya, pihak PT Brantas belum memberikan apapun selain siraman air di jalan. "Beda dengan penggilingan batu milik Doni, walaupun agak jauh ya sekitar 150 meter dari sini, Doni masih sempat mendatangi kami menanyakan bagaimana dampak debu dari penggilingannya, bahkan kami juga diberi sembako," ungkap Sukiyem.
Andian Veri Kurniawan, Koordinator Batching Plant PT Brantas Abipraya di Desa Borang, saat dikonfirmasi Halopacitan mengatakan sudah berupaya untuk menekan dampak debu produksi dengan melakukan penyiraman jalan setiap hari.
"Memang dulu ada seorang Ibu-ibu komplain masalah debu tapi saya pas ke Karanggede. Karena memang musim kemarau ya, jadi setiap hari kita adakan penyiraman di lokasi maupun di jalan yang kita lewati truck mixer," ucap Veri
Pihaknya juga akan berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir masalah debu. "Kita tidak bisa menolak debu, jadi kita berusaha semaksimal mungkin supaya dampak debu ini tidak meluas hingga ke pemukiman warga dan warga yang melintas di sekitar pabrik ini tidak mengeluh terkait debu," imbuhnya. (Sigit Dedy Wijaya).