Hari Penglihatan Sedunia atau World Sight Day (WSD) diperingati pada hari Kamis minggu kedua bulan Oktober setiap tahun. Tahun ini bertepatan pada Kamis, 14 Oktober 2020 dan mengusung tema global ''Love Your Eyes'' dengan tema-nasional ''Sayangi Mata Kita''. Pada peringatan Hari Penglihatan Sedunia tahun ini, gangguan penglihatan yang disebabkan oleh katarak masih menjadi sorotan dan permasalahan didunia termasuk di Indonesia.
Dikutip dari laman organisasi kesehatan dunia (WHO), baru-baru ini di Majelis Kesehatan Dunia ke-74,negara-negara anggota mengadopsi dua target global baru untuk perawatan mata pada tahun 2030, peningkatan 40 persen dalam cakupan kesalahan bias yang efektif dan peningkatan 30 persen dalam cakupan operasi katarak yang efektif. Target ini akan memainkan peran kunci, tidak hanya meningkatkan cakupan perawatan mata global di masa depan tetapi juga dalam memberikan layanan berkualitas.
Sementara itu, dilansir dari laman kementerian kesehatan Selasa (12/10/2021), Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan berdasarkan World Report on Vision tahun 2019 diperkirakan secara global terdapat kurang lebih 2,2 milyar penduduk yang mengalami gangguan penglihatan dan/atau kebutaan. Padahal, kondisi gangguan penglihatan atau kebutaan yang dialami 1 milyar penduduk tersebut sebenarnya dapat dicegah.
''Berdasarkan data nasional Survei Kebutaan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2014-2016 Kemenkes, dengan sasaran populasi usia 50 tahun ke atas diketahui bahwa angka kebutaan mencapai 3% dan katarak merupakan penyebab kebutaan tertinggi (81%),'' katanya dr. Maxi.
Sementara itu, Perwakilan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dr. Aldiana Halim mengatakan di Indonesia dengan populasi pada tahun 2017 terdapat 8 juta orang dengan gangguan penglihatan. Sebanyak 1,6 juta orang buta ditambah dengan 6,4 juta orang dengan gangguan penglihatan sedang dan berat.
Dari jumlah tersebut sebanyak 81,2% gangguan penglihatan disebabkan oleh katarak. Penyebab lainnya adalah refraksi atau glaukoma, atau kelainan mata hal-hal lainnya seperti kelainan refraksi, glaukoma atau kelainan mata yang berhubungan dengan diabetes.
''Tapi sebetulnya kita harus berfokus pada katarak, kita harus berusaha bagaimana orang katarak ini bisa mendapatkan akses pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan operasi katarak sehingga penglihatannya akan kembali,'' kata Aldiana.
Orang dengan katarak ini, lanjut Aldiana treatment-nya cukup efektif kalau dia dioperasi dan tidak ada komplikasi lain, dan kemungkinan mereka bisa melihat kembali itu sangat besar.
''Kalau seandainya katarak 81,2% setengahnya bisa kita tangani, nanti prevalensi gangguan penglihatan akan turun secara signifikan,'' tambah Aldiana.
Beberapa konsekuensi dari hilangnya penglihatan berpengaruh kepada fisik, mental, kepuasan hidup, mobilitas, ketergantungan, pendidikan. Orang dengan gangguan penglihatan juga memperberat penyakit kronis yang sedang diderita.
''Kami baik dari Perdami dan leadership-nya dari Kemenkes sekarang memang sedang berjuang, berusaha untuk mendapatkan orang-orang dengan gangguan penglihatan di manapun mereka berada, dan memfasilitasi mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya sehingga mereka bisa kembali melihat,'' ucap Aldiana.
Selain itu, upaya penanggulangan gangguan penglihatan yang telah dilakukan oleh Pemerintah antara lain meningkatkan kampanye dan edukasi kesehatan melalui CERDIK, PATUH, dan LIHAT, pemanfaatan teknologi melalui Sistem Informasi Penanggulangan Gangguan Penglihatan (SIGALIH) dan Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM).