Alasan Nadiem Makarim Hapus Ujian Nasional 2020

Sukirno - Selasa, 24 Maret 2020 13:35 WIB

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim menegaskan penghapusan Ujian Nasional (UN) untuk SD, SMP, dan SMA, pada 2020 dilakukan untuk melindungi dari wabah virus corona (Covid-19). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/wsj.

undefined

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim menegaskan penghapusan Ujian Nasional (UN) untuk SD, SMP, dan SMA, pada 2020 dilakukan untuk melindungi siswa dari wabah virus corona (Covid-19).

Dalam rapat secara online bersama Komisi X DPR yang dipublikasikan oleh Kompas TV pada Selasa, 24 Maret 2020, Nadiem mengatakan alasan utama penghapusan UN adalah prinsip dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yakni keamanan dan kesehatan siswa, keluarga, dan kakek-nenek mereka.

Menurut Nadiem, kalau pun ujian nasional tetap digelar di dalam ruangan, pengumpulan siswa bisa menimbulkan risiko kesehatan yang besar. Risiko itu bukan hanya untuk 8 juta pelajar yang mengikuti UN, tetapi juga bagi keluarganya.

“Tidak ada yang lebih penting lagi daripada keamanan dan kesehatan siswa dan keluarganya. Jadi, UN dibatalkan untuk 2020,” ujar Nadiem.

Bagi Nadiem, sebenarnya UN bukan menjadi syarat utama kelulusan maupun seleksi masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga setelah ditimbang pro dan kontra, Kemendikbud menilai lebih banyak risiko ketimbang keuntungan untuk melanjutkan UN.

Kendati demikian, mantan CEO Gojek Indonesia tersebut menambahkan, ujian kelulusan sekolah masih bisa dilakukan oleh masing-masing sekolah. Syaratnya, tidak diperbolehkan untuk menggelar tes tatap muka yang mengumpulkan siswa di dalam ruang kelas.

“Ini tidak boleh dilakukan. Ujian sekolah bisa diadministrasi. Ada berbagai macam opsi, bisa melalui online atau angka dari nilai 5 semester terakhir yang bisa ditentukan oleh masing-masing sekolah,” imbuhnya.

Selanjutnya, Nadiem menambahkan, ujian sekolah itu tidak dipaksakan untuk mengukur ketuntasan capaian kurikulum hingga semester terakhir. Meski sudah dilakukan pembelajaran secara daring, namun masih banyak sekolah yang belum optimal mengejar kurikulum hingga akhir semester lantaran terdisrupsi oleh adanya wabah Covid-19.

Kemudian untuk penerimaan peserta didik baru (PPDB), Nadiem menjelaskan 70% sudah dilakukan lewat jalur zonasi berdasarkan area domisili. Sisanya, PPDB dilakukan melalui dua opsi jalur prestasi.

Opsi yang pertama lewat akumulasi nilai rapor selama 5 semester terakhir. Opsi kedua melalui prestasi akademik dan non akademik di luar sekolah seperti pemenang lomba, partisipasi kegiatan, dan lainnya. Untuk itu, pembatalan UN ini dipastikan tidak berdampak pada PPDB untuk SMP maupun SMA.

Di luar itu, Nadiem menganjurkan siswa dan guru tetap belajar dari rumah saat wabah Covid-19 demi keamanan. Meski belajar dari rumah, bukan berarti guru hanya memberikan pekerjaan saja kepada murid, tetapi Nadiem meminta para guru untuk ikut berpartisipasi.

“Kami mendengar banyak keluhan dari berbagai macam orang tua dan mahasiswa yang hanya diberikan pekerjaan yang begitu berat tetapi tidak dibimbing. Jadi ini mohon, walau pun siswa belajar dari rumah, guru juga benar-benar mengajar dan membantu siswa-siswanya dari rumah,” tegasnya.

Tak lupa, Nadiem mengingatkan masyarakat untuk serius mengikuti arahan social distancing dan physical distancing. Terutama untuk yang tinggal dengan orang tua berumur lebih dari 60 tahun, agar dipisahkan dan tidak menyentuhnya, karena merekalah yang paling rentan terpapar Covid-19. (SKO)

RELATED NEWS