COVID-19, Semiotika Tuhan Agar Manusia Berliterasi

SP - Kamis, 26 Maret 2020 23:48 WIB
Dr. Sri Pamungkas, S.S., M.Hum, Pakar Pendidikan dan Pemerhati Anak, Tinggal di Pacitan Jawa Timur undefined

"Coronavirus" berasal dari bahasa Latin corona , yang berarti "mahkota" atau "karangan bunga", yang berasal dari bahasa Yunani κορώνη korṓnē , "garland, wreath". Coronavirus merupakan semiotika Tuhan yaitu ilmu yang mengkaji tentang tanda. Semiotika Tuhan berupa makhluk partikel bulat dengan diameter 125nm (0,125 mikron) bahkan partikel terkecil adalah 0,06 mikron dan terbesar 0,14 mikron hadir memberikan bentangan ikon, indeks dan simbol.

Covid-19 hadir untuk sadarkan manusia. Kalau sebelumnya, mulai bangun pagi hingga aktivitas seharian kita sibuk update status sedang dimana, makan apa, bersama siapa, selfi dimana-mana, tetapi sekarang kita terus diajari melalui semiotika Tuhan bernama Covid-19, bagaimana hakikat dari berliterasi, bukan hanya sekedar baca tulis, tetapi lebih pada daya baca kita, aksi bagaimana memahami dan terus berupaya menambah pengetahuan dan ketrampilan, berpikir kritis dalam memecahkan masalah, kemampuan berkomunikasi secara efektif yang dapat mengembangkan potensi dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

Tuhan juga sedang mengajarkan kita tentang literasi numerasi, yaitu literasi pengetahuan dan kecakapan untuk (a) bisa memperoleh, menginterpretasikan, menggunakan, dan mengomunikasikan berbagai macam angka dan simbol matematika untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari; (b) bisa menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) untuk mengambil keputusan secara tepat.

Dengan literasi sains, Tuhan juga mengajarkan pada kita bahwa pendidikan bukan saja IPK, sekedar pegetahuan tanpa implementasi. Pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasarkan fakta, memahami karakteristik sains, membangun kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual dan budaya, serta meningkatkan kemauan untuk terlibat dan peduli dalam isu-isu yang terkait sains. Terbukti semua, harus melalui proses yang benar. Mungkin dulu kita cuek anjuran untuk cuci tangan, pakai masker bila keluar rumah, jajan dan makan di luar, tetapi dengan covid-19 semua kembali pada alam, kembali ke rumah.

Kehadiran handphone dengan berbagai fitur membuat semua orang mudah mengakses informasi. Pengetahuan masyarakat tentang literasi digital akan mampu mengedukasi masyarakat mana yang benar dan mana yag hoak. Inilah pentingnya literasi digital, bukan saja mampu menggunakan media tetapi juga haruss bijak dalam menggunakannya.

Tuhan pun mengajarkan pada umatnya bagaimana dalam kondisi saat ini, aktivitas dibatasi sehingga income juga tidak sebanding dengan pegeluaran. Inilah petingnya literasi finansial yaitu pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan (a) pemahaman tentang konsep dan risiko, (b) keterampilan, dan (c) motivasi dan pemahaman agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pengetahuan tentang literasi budaya adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat. Tuhan sedang mengingatkan kita betapa pentingnya bersilaturahmi dan berinteraksi dengan kerabat juga orang lain. Tuhan menegur kita dengan caranya, hilangnya hiruk pikuk komunikasi di tempat umum, membuat kita baru menyadari betapa pentingnya kehidupan sosial, kebersamaan, dan kolaborasi.

Covid-19 mengingatkan kita bahwa ada hal yang juga harus dijaga manusia yaitu budaya dan rasa empati serta simpati pada orang lain. Social distancing juga stay at home yang dianjurkan pemerintah hendaknya menjadi pegangan, bahwa setiap orang mempunyai hak hidup. Negara juga mempunyai regulasi yang mengatur bagaimana rakyat hidup secara sehat, aman, dan nyaman. Tugas kita adalah bagaimana mengajak seluruh komponen masyarakat untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona yang semakin massif. Tuhan pun bersemiotika, dengan ikon (persamaan), indeks (sebab akibat), dan simbolnya (konvensi). Tuhan memberikan pilihan dengan contoh nyata di negara lain, Tuhan pun memberikan pilihan apa yang akan kita pilih yang semuanya mengandung konsekuensi, dan Tuhan pun memberikan kebebasan memilih sesuai dengan kesepakatan masyarakat, yang kemudian dikerucutkan menjadi regulasi. Regulasi diciptakan untuk ditepati bukan untuk dikhianati.

Ingatlah bahwa dari prediksi Price Waterhouse Cooper, pada tahun 2050 Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor 4 di dunia kalau bonus demografi Indonesia, yaitu anak-anak muda, generasi milenial dan zilenial Indonesia dibekali dengan tiga hal. Ketiga hal tersebut adalah, generasi Indonesia harus berkarakter, mau berliterasi dan terus mau berkompetisi sesuai dengan passion mereka masing-masing. Covid-19 merupakan semiotika Tuhan agar manusia mau berliterasi, kembali pada fitrah mereka sebagai makhluk sosial dan individu, lebih banyak bersyukur dan terus bersinergi untuk kebaikan.

Bagikan

RELATED NEWS