Dam Kedung Miri  Belum Diperbaiki, Musim Tanam Kedua Jadi Mimpi Buruk

AZ - Rabu, 08 Mei 2019 16:55 WIB
Dam Miri yang rusak dan belum diperbaiki undefined

Halopacitan, Arjosari—Harapan masyarakat petani Desa Sedayu untuk mendapatkan cukup air pada musim tanam kedua ini sepertinya hanya dapat dipenuhi dengan upaya lebih. Tanpa usaha yang sungguh-sungguh sepertinya akan menjadi mimpi buruk.

Sulit bagi ptani dapat merasakan panen yang bagus, setelah panen yang kemarin juga diserang hama. Sudah masuknya musim kemarau, curah hujan yang sudah minim dan rusaknya jaringan irigasi di dam Kedung Miri menjadi kendala yang harus segera dipecahkan.

Apalagi saat ini usia tabur benih di wilayah Sedayu rata-rata sudah di atas 10 hari, sedangkan tanah sawah masih keras mengering belum dibajak. "Bagaimana mau kita bajak, airnya tidak ada," seru Kadilan, salah seorang operator mesin bajak.

Menurut Kadilan kondisi saat ini berbeda dengan musim tanam kedua tahun lalu dimana air hujan masih turun. "Saat ini benar-benar kering, air dari Kedung Miri juga belum sampai, debitnya kecil," sambungnya. Kondisi ini tidak hanya dirasakan Kadilan, namun hampir rata-rata petani yang ditemui mengungkapkan hal yang sama.

Joko Hariadi, Kepala Desa Sedayu membenarkan kondisi pertanian di wilayahnya saat ini. Kekeringan mengancam lahan pertanian lebih dari 50 hektare sawah di Sedayu. Menurut Joko, selama ini untuk musim gadu atau musim tanam yang kedua, petani Sedayu mengandalkan air yang mengalir melalui jaringan irigasi yang berhulu di dam Kedung Miri, namun setelah bencana banjir bandang tahun 2017 dahulu, dam mengalami kerusakan pada store dam-nya dan pipa besi yang membagi air ke jaringan irigasi yang menuju ke Sedayu. Hal ini terpaksa disikapi dengan menyambung pipa besi dengan pipa paralon. "Diameternya berbeda, mungkin itu yang menyebabkan debit air menjadi kecil," keluh Joko.

Benih padi di lahan yang mulai kering (Halopacitan/Tomi Herlambang)

Rusaknya sarana irigasi tersebut sebenarnya sudah dilaporkan oleh pihak Pemerintah Desa Sedayu kepada pihak terkait. "Tidak hanya lisan, namun juga dengan proposal, baik ke Dinas Pengairan, kepada Bupati langsung bahkan juga kepada pihak Balai Besar Wilayah Sungai Dan Anak Sungai Bengawan Solo yang mengurusi Sungai Mlati ini," jelas Joko Hariyadi.

Menurut Joko, segala upaya sudah dilakukan, namun ia tidak mengerti mengapa hingga saat ini kondisi dan Kedung Miri tidak juga diperbaiki.

Joko berharap, kebutuhan air para petani Sedayu bisa segera dipenuhi. Untuk saat ini, demi mengejar masa tanam benih pemerintah desa dan masyrakat mengambil inisiatif menggunakan meain pompa untuk mengambil air, baik dari sumur maupun dari sungai.

"Hal ini sifatnya hanya sementara, kalau kebutuhan air hanya dicukupi dengan mesin pompa kami pastikan musim panen kedua nanti petani akan merugi," tegas Joko. Untuk itu ia berharap, keadaan di Sedayu ini benar-benar menjadi prioritas. Mengingat pula, bahwa Desa Sedayu adalah salah satu lumbung pangan yang ada di Arjosari.

Bagikan

RELATED NEWS