Epidemiolog Sesalkan PPKM Level 3 Dibatalkan, Ini Alasannya...

Amirudin Zuhri - Kamis, 09 Desember 2021 10:55 WIB
epidemiolog UGM, dr. Bayu Satria Wiratama, M.P.H., menyayangkan kebijakan yang diambil pemerintah tersebut. /Dok Jogjaaja.com

YOGYAKARTA- Pemerintah melakukan pembatalan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 selama libur Natal dan tahun baru (nataru).

Menanggapai kebijakan tersebut epidemiolog UGM, dr. Bayu Satria Wiratama, M.P.H., menyayangkan kebijakan yang diambil pemerintah tersebut. Menurutnya, salah satu alasan pembatalan PPKM level 3 karena kondisi Covid-19 sudah membaik dan vaksinasi di wilayah Jawa dan Bali telah mencapai target kurang sesuai.

"Alasan vaksin mencapai target itu kurang setuju. Kondisi COVID-19 membaik memang tapi vaksinasinya masih belum bagus," jelasnya.

Bayu menyampaikan Indonesia belum memenuhi target WHO untuk mencapai vaksinasi Covid-19 sebesar 40 persen populasi. Saat ini capaian vaksinasi Covid-19 di tanah air baru sekitar 37 persen populasi dengan kondisi yang belum merata. Misalnya, jumlah lansia masih kurang sekali dibandingkan dengan masyarakat umum dan pekerja.

Kendati membatalkan PPKM level 3, Bayu menilai masih ada beberapa kebijakan yang diadopsi untuk memperketat mobilitas. Salah satunya orang dengan status vaksin lengkap yang boleh bepergian dengan pesawat maupun jalur lainnya ditambah antigen 1x24 jam. Hal ini sangat bagus untuk membatasi mobilitas mereka yang belum mendapatkan vaksin dimana risikonya lebih tinggi untuk tertular atau menjadi sakit dibandingkan yang sudah mendapatkan vaksin.

Selain itu, kata Bayu aturan terkait perjalanan internasional juga diperketat sehingga baik untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penularan karena kasus impor.

Peneliti Pusat Kedokteran Tropis UGM ini menegaskan pemerintah daerah dan pemerintah pusat tetap wajib meningkatkan kapasitas 3T (testing, tracing, treatment) menjelang periode nataru. Pasalnya, meski mobilitas berusaha dibatasi, namun jalur darat via kendaraan pribadi masih mempunyai kemungkinan lolos dari pengetatan.

"Oleh sebab itu, program 3T tetap harus ditingkatkan terutama testing dan tracing diperkuat dengan menambah kapasitas khusus menjelang periode nataru, memastikan logistik di faskes mencukupi, aktivasi isoter dan RS lapangan serta memastikan nakesnya tersedia," teranngnya.

Tak hanya itu, Bayu mengimbau masyarakat untuk patuh 5M selama beraktifitas di periode nataru. Diantaranya mengenakan masker, mencuci tangan dengan air sabun, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas dan memeriksakan diri bila memiliki gejala mirip Covid-19. Tidak kalah pentingnya, upaya skrining dengan aplikasi peduli lindungi harus lebih ketat dan konsisten.

"Jadi, sebenarnya ada PPKM level 3 atau tidak yang penting konsistensi dan pembatasan mobilitas bagi non vaksin, peningkatan 3 T terutama saat periode dengan mobilitas yang diprediksi meningkat, mempercepat vaksinasi dan cakupannya diperluas, serta disiplin 5M," tegasnya.

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengungkapkan pihaknya tidak ingin adanya kenaikan kasus setelah pembatalan tersebut. Namun penerapan pembatasan masih perlu dikoordinasikan sebelum Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).

"Penerapan seperti apa masih kami koordinasikan. Artinya tetap berlaku seperti (PPKM) level yang ada atau mengikuti kasus yang tumbuh kami belum tahu," ujar Heroe ditemui wartawan di Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Selasa (7/12/2021).

Pemkot Yogyakarta, kata Heroe telah melakukan sejumlah antisipasi saat PPKM Level 3 diberlakukan. Mengingat batal, beberapa penerapan one gate system dan pembatasan lainnya masih diberlakukan. (ties)

Tulisan ini telah tayang di jogjaaja.com oleh Ties pada 09 Dec 2021

Bagikan

RELATED NEWS