Gernas Baku, Wujudkan Generasi Cerdas, Indonesia Maju

SP - Selasa, 24 Desember 2019 21:07 WIB
Dr. Sri Pamungkas, S.S., M.Hum, Pakar Pendidikan dan Pemerhati Anak, Tinggal di Pacitan Jawa Timur undefined

Gernas Baku merupakan singkatan dari gerakan nasional orang tua membacakan buku. Gerakan ini tidak lain adalah salah satu bentuk gerakan literasi, namun dikhususkan dalam hal membaca dilakukan oleh orang tua (ayah,ibu) dan sasarannya adalah anak.

Hal tersebut sangat penting dilakukan karena anak belajar pertama dalam hidupnya yaitu dari suara. Anak sudah memberikan respons terhadap suara ketika mereka di dalam kandungan (kira-kira usia 20 minggu). Bahkan ketika anak mulai lahir ke dunia, dalam Islam diperintahkan untuk memperdengarkan Adzan dan Iqomah, yang salah satunya berfungsi untuk menggerakkan neuron-neuron di dalam otak anak. Makna dari setiap kalimat dalam Adzan dan Iqomah mengandung sesuatu yang besar, dahsyat sehingga diyakini akan memberikan efek kecerdasan terhadap anak.

Setiap manusia yang lahir ke dunia mempunyai kelebihan, termasuk anak-anak. Salah satu yang dianugerahkan Tuhan adalah adanya belahan otak dengan fungsi masing-masing. Otak manusia terdiri atas otak kanan, kiri dan tengah. Semua belahan otak mempunyai fungsi masing-masing dengan strategi pengoptimalan yang berbeda-beda pula.

Otak bayi/anak-anak tidak pernah berubah dari dulu, yang berubah adalah gaya hidup orang tuanya. Anak tidak pernah menuntut fasilitas, orang tualah yang menciptakan seolah-olah anak membutuhkan fasilitas. Setiap anak yang lahir ke dunia diberikan oleh Tuhan piranti untuk mampu berliterasi (kemampuan berbahasa) yang disebut LAD (languge Acquisition Device). LAD akan berkembang atau stagnan tergantung kita orang tuanya, masyarakat dan sekolah mampu mengoptimalkan atau tidak. Fase pemerolehan bahasa pada anak terdiri atas (1) vokalisasi bunyi, termasuk di dalamnya babling stage (pengocehan) (mulai usia 6 minggu sampai dengan 8/10 bulan); (2) tahap satu kata satu frasa (holoprastic stage), usia 12-18 bulan; (3) tahap dua kata satu frasa, 18 -20 bulan; (4) tahap menyerupai bahasa telegram (2-3 tahun). Pada usia dini dan seterusnya, seorang anak belajar B1-nya secara bertahap dengan caranya sendiri. Seorang anak dari usia dini belajar bahasa dengan cara menirukan dan penguatan (reinforcement), artinya kalau seorang anak belajar ujaran-ujaran yang benar, ia mendapat penguatan dalam bentuk pujian, misalnya bagus, pandai, dan sebagainy. Akan tetapi, jika ujaran-ujarannya salah, ia pun terus mendapatkan peguatan, ayo terus belajar, pasti bisa, hal tersebut harus dilakukan kerena kemampuan berbahasa pada diri manusia adalah bersifat pembelajaran, bukan insting sehingga benar-benar harus dilakukan pendampingan karena pola berbahasa yang baik akan menetukan seseorang diterima atau kurang berterima di masyarakat.

Mendidik anak di era digital diperlukan strategi khusus, jangan sampai yang lahir adalah generasi robot yang bisa membantu meringankan pekerjaan manusia tetapi tidak mempunyai karakter karena robot adalah ciptaan manusia. Anak-anak harus dibiasakan berbuat, berbicaran, dan mendengar hal yang baik, misalnya dengan mendengarkan sebuah kisah dalam buku cerita. Membacakan cerita bagi anak sangat memberikan manfaat karena (1) melatih ketrampilan berbahasa; (2) ada pesan moral yang disampaikan; (3) menumbuhkan minat baca; (4) bonding time (mengeratkan hubungan). Itulah sebabnya, kita sebagai orang tua harus mempersiapkan pendidikan literasi sejak dini. Saat rumah kita lebih banyak berisi buku-buku, itu akan jauh lebih menyenangkan daripada hanya berisi perabotan. Bukan karena kita kaya sehingga bisa membeli paket buku, yang jika ditotal nilainya bisa untuk membeli sebuah motor baru atau DP rumah tetapi karena rasa sayang kita kepada anak, dan ingin membekali mereka dengan ilmu karena pahala anak shalih yang mendoakan orang tua, serta ilmu yang bermanfaat akan tetap mengalir meskipun kelak kita sudah tiada.

Strategi bagaimana membuat anak suka membaca dan mencintai buku (1) bangun kebiasaan membacakan cerita pendek; (2) ajak anak untuk menata buku koleksinya di rumah; (3) ajak anak membuat cerita dari sebuah gambar; (4) baca fakta unik dan menarik dari internet; (5) ceritakan hal-hal menarik tentang karakter idolanya; (6) ajak anak membiasakan diri menabung dan membelajakannya sebagian untuk membeli buku; (7) hiasilah setiap sudut rumah dengan buku-buku. Ingat: Kedekatan orang tua dengan anak akan berpengaruh pada mental anak. Luangkan waktu barang sebentar saja, dan sepakati bersama bahwa ada waktu spesial dimana anggota keluarga harus meletakkan gadget dan juga mematikan televisi.

Buat pojok baca di rumah, buku-buku yang tertata rapi akan memberikan efek psikologis bagi anak karena anak adalah rajanya mimicry (meniru). Jadilah tokoh idola untuk anak-anak kita sehingga mereka selalu mencontoh apa yang kita lakukan. Setelah anak-anak membaca jangan lupa ajak berdiskusi mereka apa isi bacaannya demikian juga ketika bunda selesai membaca berceritalah pada mereka apa isinya, tentunya sesuaikan dengan usia mereka.

Buatlah pohon literasi di rumah, sehingga setelah anak-anak selesai membaca mereka akan menulis pada daun literasi tentang judul bukunya, tokoh, setting, alur, amanat atau pesannya. Setelah itu biarkan mereka leluasa untuk menempatkan daun literasi tersebut di pohon literasi. Membiasakan anak dengan membacakan buku setiap hari akan memberikan efek sangat baik karena anak akan terbiasa dengan buku bahkan akan selalu mencari dan penasaran dengan buku-buku yang lain. Tumbuhnya kesadaran literasi sejak dini akan memberikan efek sangat baik bagi tumbuh kembang anak-anak hingga akhirnya mereka tumbuh menjadi generasi yang sadar literasi, bukan saja literasi baca tulis tetapi mereka akan terus penasaran dan akhirnya mencari tahu literasi lainnya, seperti literasi sains, numerasi, digital, budaya dan kewargaan.

Bagikan

RELATED NEWS