Hati Itu Raja, Maka Jagalah

AZ - Selasa, 22 Oktober 2019 07:00 WIB
Ustadz Asep dan santrinya undefined

Jam menunjukkan pukul 19.45 ketika lantunan surat Al-Fatihah, Annas dan beberapa ayat lain mulai dibacakan, seorang ustaz yang dibantu dengan tiga santrinya mulai melakukan prosesi ruqyah. Semua yang hadir dan pasien ruqyah begitu khusyuk membaca kalimat tauhid Laa ilaaha illallah,

Seorang laki-laki berumur sekitar 50 tahun dari desa Tanjungsari duduk di tengah dengan niat memasrahkan sepenuh hati akan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa dari penyakit yang dideritanya.

Suasana mulai tegang ketika pasien ruqyah mulai bereaksi terhadap lantunan ayat suci yang dibacakan. Dia terlihat kesakitan karena rasa panas mulai menyelimuti tubuh sang pasien, rintihan “panas, aku arep mulih dan kalimat tauhid Laa ilaaha illallah terucap silih berganti dari sang pasien antara sadar dan tidak sadar. Sementara keluarga yang hadir mengeraskan bacaan kalimat tauhid, terlarut dalam suasana cemas dan penuh harap. Proses Ruqyahpun berlangsung selam 1,5 jam, diakhiri dengan doa.

“Ati iku raja, nek atine lara awake uga dadi lara, nek atine seneng awake uga dadi seneng waras” ucap Ustadz Asep kepada Halopacitan Minggu (20/10/2019) setelah proses ruqyah. Kurang lebih kalimat tersebut berarti ‘Hati itu raja, kalau hati sakit badan juga jadi sakit, kalau hati senang, badan juga senang dan sehat.”

“Jagalah hatimu karena penyakit timbul 25% dikarenakan makanan, 25% dari jin atausihir sedangkan 50% dari hati danpikiran. Seseorang dengan tingkat stress tinggi akan mengalami gangguan tidur sehingga memicu sakit yang lain” tambah ustadz Asep.

Pada pasien yang mengalami sakit yang lama, biasanya tingkat kepercayaan dirinya turun, rasa waswas sering menderanya sehingga biasanya disarankan untuk tirah atau mengungsi dengan waktu yang ditentukan.

Maksud dari tirah itu sendiri salah satunya agar pasien mendapatkan suasana baru, menghilangkan trauma di rumahya, sambil mengembalikan kepercayaan diri dan semangat sehingga membuat hatinya menjadi senang sehingga merangsang tubuhnya kembali sehat.

Sosok Ustadz Asep sudah tidak asing di kalangan masyarakat Desa Tanjungsari Pacitan. Sosok sederhana yang mengabdikan diri secara total untuk syiar agama sebagai guru ngaji ini juga rajin dan terbuka mengadakan pengajian dan diskusi tentang agama dengan siapa pun. Rumah sederhana di pojok bundaran Tanjungsari tersebut tidak pernah sepi, terlebih pada malam Jumat Legi selalu dipenuhi oleh para santri dan masyarakat umum yang datang untuk mengaji.

Tak jarang diantara mereka yang datang bukan saja karena pengaruh sihir tetapi karena sakit menahun bahkan sudah divonis usianya tinggal beberapa bulan lagi. “Saya bukan siapa-siapa, niat saya hanya ingin membantu berdoa untuk kebaikan. Alhamdulillah Allah meridoi,” tuturnya.

"Ini adalah ruqyah kedua, setelah mengikuti ruqyah bersama di rumah ustad Asep pada malam Jumat Legi sebelumnya. Kakak saya merasakan perubahan dalam dirinya sehingga melanjutkan proses ruqyah malam ini," ucap adik kandung pasien.

Bagikan

RELATED NEWS