Keseimbangan Id, Ego dan Superego, Lahirkan Manusia Berhati Nurani di Tengah Pandemi

SP - Selasa, 19 Mei 2020 17:14 WIB
Dr. Sri Pamungkas, M.Hum., Dosen STKIP PGRI Pacitan undefined

Konsep id, ego dan superego pertama kali dimunculkan oleh ahli psikoanalisis, Sigmund Freud. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini diberikan perangkat kepribadian yang terdiri atas tiga komponen, yaitu Id, Ego dan Superego.

Di tengah badai COVID-19 yang telah melanda dunia, persoalan semakin kompleks. Bukan saja dari sisi kesehatan, tetapi sosial, ekonomi, pendidikan, termasuk pertahanan seseorang untuk menahan diri, peduli, bersimpati dan empati, menjadi hal yang sangat penting. Hampir tiga bulan stay at home, fakta di beberapa daerah jebol juga karena ‘kejenuhan’ apalagi menghadapi lebaran dengan berbagai persiapannya.

Budaya telah menggeser beberapa sendi, termasuk protokol kesehatan yang seharusnya dipatuhi di tengah pandemi. Dalam sekejap hiruk pikuk corona tertelan bumi, berganti dengan kebiasaan yang telah terbangun lama identik dengan lebaran, mulai mudik, baju baru, perabot baru, dan sebagainya.

Kebijakan yang berubah-ubah sepertiya juga menjadi celah bagi setiap individu yang mulai jenuh tinggal di rumah. Di lain sisi paramedis, yang tengah berjuang pun mulai geram, dengan bertebaran bentuk lingual’terserah’ Indonesia. Hal tersebut merupakan bentuk kekecewaan di tengah badai yang seharusnya bisa diperangi bersama namun sebagian telah menyerah dengan menganggap bahwa hal tersebut telah usai, walau setiap hari angka positif dan kematian bertambah di seluruh dunia.

Setiap manusia sejak lahir diberikan perangkat Id dalam dirinya. Id merupakan sumber segala energi psikis, merupakan komponen utama dalam kepribadian yang didorong oleh prinsip kesenangan, berusaha untuk memenuhi semua keinginan dan kebutuhan, apabila tidak terpenuhi maka akan timbul kecemasan dan ketegangan.

Kehadiran Id perlu diselaraskan oleh ego. Ego merupakan komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Ego beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan proses sekunder adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukannya suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan. Dengan kata lain fungsi ego adalah menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.

Hal tersebut diperlukan bahwa pribadi manusia adalah bagian dari makluk sosial sehingga kesadaran akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanam oleh adat-istiadat, agama, orangtua, dan lingkungan wajib menjadi pegangan. Hal inilah yang disebut superego yang dasarnya adalah hati nurani.

Mengilhami bahwa, setiap manusia diciptakan dengan kesempurnaan, bukan berarti di tengah pandemi seperti ini kita justru cuek dan tidak peduli. Keseimbangan Id, Ego dan Superego akan dapat menekan penyebaran COVID-19, jangan sampai lebaran mengakibatkan episentrum baru karena abai dengan protokol kesehatan. Sikap peduli dan menahan diri harus dikedepankan karena terlalu banyak yang dikorbankan untuk pertahankan ego di tengah pandemi. Saatnya Indonesia bangkit, peduli dan empati, Id, Ego, dan Superego menjadi pijakan bagaimana sejatinya manusia berhati nurani di tengah pandemi ini. Bukan sekedar slogan tapi aksi, bukan hanya sekedar tulisan tetapi rasa simpati dan empati untuk mau menahan diri, karena dibalik ruang isolasi terlalu banyak nyawa yang menanti hati manusia yang peduli, sekali lagi satu harapan agar kita mau menahan diri.

Bagikan

RELATED NEWS