Mimpi Rudi Jadi Kenyataan, Kini Kapal-Kapal Buatannya Telah Mengarungi Lautan

AZ - Minggu, 03 Maret 2019 08:35 WIB
Galangan kapal mili Rudianto undefined

Halopacitan, Kebonagung— Usaha yang dirintisnya lima tahun terakhir ini pun mulai menampakkan hasil. Pesanan terus berdatangan dan kini kapal buatannya pun sudah banyak melaut dengan para nelayan di Pantai Selatan.

Rudi mengaku membuat kapal adalah impiannya sejak dia masih berusia 11 tahun. Kehidupannya juga tidak bisa lepas dari laut, selama 11 tahun dia mengarungi lautan sebagai nelayan di Pantai Wawaran.

Terinspirasi dari keahlian para pembuat perahu di Pangandaran Tasikmalaya dengan modal pas-pasan dan tenaga borongan dari Pangandaran, tahun 2013 Rudi memberanikan diri membuka usaha pembuatan perahu di rumahnya. Dari awalnya hanya membuat perahu untuk tetangganya di Sidomulyo, saat ini perahu buatan Rudi sudah bertebaran di pesisir laut selatan Jawa Timur. Dari nelayan Lorog, Prigi hingga Banyuwangi banyak yang sudah menggunakan perahu buatan Rudi.

" Semua jenis kapal fiberglass bisa kami buat, namun ada dua jenis perahu yang biasa dipesan, jukung dengan ukuran 7-8 meter dengan harga Rp8 sampai Rp11 juta ,dan model daplang berukuran 9-14 meter seharga Rp20 juta sampai Rp36 juta,” katanya kepada Halopacitan Rabu (27/02/2019) lalu.

Harga tersebut, menurutnya saja belum mesin. Sedangkan bahan baku perahu dari resin, mat dan rooping dia beli dari Solo.

Rudianto dan putrinya (Halopacitan/Tommy Herlambang)

Bapak tiga anak ini membangun galangannya di samping rumah. Di tempat tersebut tampak empat pemuda yang sedang mengerjakan dua buah perahu, jukung dan daplang. Semua pekerja ini berasal dari wilayah sekitar saja.

"Sudah lama saya tidak menggunakan tenaga dari luar, semenjak teman-teman mampu membuat sendiri saya lebih suka jika dikerjakan masyarakat sini,” ujar Rudi.

Terkait hal itu ia beralasan jika pembuat perahu dari Pangandaran hanya mau sistem borongan, padahal dengan sistem tersebut biasanya mereka mengebut pekerjaan sehingga tak jarang kualitas menurun. Berbeda dengan tenaga sendiri, kualitas benar-benar bisa terjaga.

Setiap bulan, galangan Rudi bisa memproduksi empat sampai lima buah kapal. Selain itu, ia juga mengerjakan reparasi kapal fiber. Menurutnya melakukan reparasi kapal lebih menguntungkan dibanding menjual yang baru. Selain waktu lebih singkat juga tidak perlu antar jemput.

Selama 5 tahun berkecimpung di bisnis ini, Rudi mengaku sudah mengalami banyak suka duka, dari untung yang lumayan, perjanjian pembayaran yang awalnya tunai tetapi akhirnya diangsur, hingga perahu dibawa lari pembeli.

Jatuh bangun sudah menjadi hal yang biasa bagi lelaki yang kini memiliki 12 perahu pencari ikan tersebut. "Untung rugi hal yang biasa, sedihnya rugi jualan perahu belum seberapa dibanding saat pulang melaut dengan tangan hampa,” kata jawab pria yang setiap hari masih rutin mencari ikan sampai 17 mil dari garis Pantai Wawaran tersebut.

Bagikan

RELATED NEWS