Mitos atau Fakta? Makan Ikan Sebabkan ASI Berbau Amis

Amirudin Zuhri - Senin, 15 Agustus 2022 12:41 WIB
Pemberian ASI pada bayi/Pixabay

YOGYAKARTA- Sejumlah masalah terkait ibu menyusui dibahas dalam seminar bertemakan ‘Menyusui dan Bekerja, Antara Ekspektasi dan Realitas’ yang digelar Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM.

Seminar yang diselenggarakan pekan lalu itu menghadirkan dua Konselor ASI dari RSA UGM, Cyntia Eriska Dewi, SST. dan Leilya Elvizahro, S.Gz.

Terdapat banyak topik yang dibahas, mulai dari topik mendasar seperti manfaat tersembunyi di balik kegiatan menyusui, cara menyusui yang baik dan benar, cara menyimpan ASI yang benar, membahas pentingnya kelengkapan gizi sang ibu guna menghasilkan ASI yang berkualitas, serta tidak ketinggalan membahas berbagai mitos dan fakta seputar ibu menyusui yang beredar di tengah-tengah masyarakat.

Berikut rangkuman mitos dan fakta yang dibahas dalam acara tersebut.
Pertama terkait “jangan makan ikan, nanti ASI-nya amis”.

Konselor ASI RSA UGM, Leilya Elvizahro, S.Gz. menegaskan hal tersebut adalah mitos. Leilya menjelaskan bahwa ASI secara umum tidak memiliki aroma, artinya makanan yang dikonsumsi sang ibu tidak memengaruhi aroma ASI yang dihasilkan.

Sebaliknya mengonsumsi ikan sangat dianjurkan untuk para ibu menyusui, sebab ikan mengandung protein dan asam lemak yang dibutuhkan oleh ibu. Leilya menilai ASI yang ditemukan berbau amis tersebut disebabkan cara penyimpanan ASI perah yang kurang tepat.

Kedua terkait “ibu menyusui tidak boleh minum kopi”. Leilya turut mengatakan bahwa hal tersebut juga mitos. Leilya mengatakan secara umum, para ibu yang menyusui aman untuk mengonsumsi kopi, namun dibatasi <300 mg per hari (atau secara 2 cangkir kopi).

Ketiga terkait “menyusui bikin ibu cepat lapar dan haus”. Leilya mengatakan bahwa hal tersebut adalah fakta. Kegiatan menyusui membutuhkan banyak kalori sehingga membuat ibu cepat lapar.

ASI pun berbentuk cairan sehingga ketika ada cairan yang keluar dari tubuh, tubuh pun akan reflek meminta penggantinya (sensasi haus).

“(Oleh karena itu) pada saat menyusui boleh sediakan minum, snack, atau meminta para suami untuk menyuapkan makanan,” jelas Leilya

Keempat terkait “busui harus minum susu supaya ASI cepat keluar”. Leilya mengatakan ini adalah mitos. Susu memang merupakan sumber kalsium yang dibutuhkan untuk ibu menyusui, tapi harus diingat bahwa masih ada sumber kalsium lain seperti brokoli, ikan teri, bayam, dan telur.

Kelima soal “harus makan daun kelor dan sayuran hijau supaya ASI lancar”. Hal ini adalah fakta. Berdasarkan hasil penelitian, mengonsumsi daun kelor memang dapat meningkatkan produksi ASI. Diketahui hasil penelitian tersebut didapatkan atas uji pemberian daun kelor berbentuk kapsul kepada para ibu menyusui.

“Kemudian juga ada penelitian lain yang melihat efek daun katuk dan daun papaya, dan lain sebagainya sebagian besar memang (memperlihatkan) ada pengaruh signifikan terhadap produksi ASI. Jadi (menurut hemat saya) boleh-boleh saja untuk mengonsumsi daun-daun atau sayuran hijau di atas,” tambah Leilya

Keenam terkait “minum es membuat ASI jadi dingin dan bayi pilek”. Hal ini adalah mitos. Leilya menjelaskan bahwa ketika makanan dan minuman yang masuk ke lambung senantiasa akan mengalami penyesuaian suhu sehingga, suhu dan makanan dan minuman tidak punya pengaruh kepada ASI yang dihasilkan oleh para ibu.

Terakhir terkait “pub bayinya ada biji cabe, ibunya pasti makan pedas”. Leilya menjelaskan bahwa hal ini turut merupakan mitos. Bentuk biji-biji yang ditemukan pada feses bayi merupakan bentuk normal.

“Feses berbentuk agak cair, bewarna krem seperti mustard campur keju, kadang berbiji, dan memiliki bau yang ringan adalah bentuk normal fese bayi yang minum ASI,” pungkas Leilya.

Tulisan ini telah tayang di jogjaaja.com oleh Ties pada 15 Aug 2022

Bagikan

RELATED NEWS