Perempuan Asal Pacitan Ini, Terus Bergerak Mendampingi Pasien Kanker

SP - Senin, 30 Desember 2019 16:29 WIB
Survivor cancer pacitan: dari kanan Ibu Ninik Yudi Sumbogo, Sunarti, Lilis Sawitri, Siti Muslimah dan Nevi Aulia undefined

Kanker menjadi penyakit yang sagat ditakuti oleh banyak orang. Tak pelak, begitu seseorang didiagnosis sakit kanker biasanya langsung drop dan sepertinya dunia semakin sempit. Dalam hal demikian, orang-orang terdekatlah yang harus selalu memberikan dukungan, memberikan support sehingga si sakit terus bersemangat, berpikir positif sehingga mampu melewati fase-fase tersulit dan sakit sekali pun.

Lilis Sawitri, S.Pd., perempuan kelahiran Pacitan 20 Februari 1971, menggagas dan berkomitmen untuk membantu para penderita kanker sejak dirinya menderita kanker tahun 2011. “Saya pribadi sudah berazam kalau Allah masih memberikan usia maka akan kami abdikan tuk bantu orang lain agar sisa usia kami ini bermanfaat untuk bekal pulang pada Allah. Sejak saat itu saya berusaha untuk bisa membantu pasien kanker berobat dan memberikan motivasi kepada pasien. Mulai tahin 2013 saya lakukan semua secara pribadi sampai akhirnya tahun 2018 saya menemukan partner yang mempunyai misi sama untuk saling membantu. Saya pun merasa semakin sehat dari sebelumnya dan hal ini harus terus saya lakukan untuk kebaikan sesama”, ucapnya pada halopacitan (29/12/2019).

Ibu tiga orang anak ini mengatakan, “Alhamdulillah keluarga sangat mendukung. Dukungan dari keluarga terdekat saya sagatlah besar sehingga saya bisa melewati masa-masa sulit saat terdiagnosis kanker. Oleh karena itu, saya terus berpikir keras bagaimana saya juga mampu memberi makna bagi mereka yang sedang mengalami hal seperti saya. Dukungan moral dari keluarga, orang terdekat maupun teman, secara tidak langsung akan mengurangi tingkat stres secara signifikan karena semakin orang stres dan merasa terpuruk, kondisi tubuh pun melemah dan kanker bisa bertambah parah. Selain mendorong untuk disiplin pengobatan secara medis, kehadiran keluarga saat pemeriksaan dan pengobatan juga sangat berarti bagi penderita kanker.

“Banyak orang bertanya darimana saya mendapatkan biaya pengobatan untuk para penderita kanker. Saya mendapatkan dana dari kerelaan teman-teman untuk kegiatan sedekah seribu sehari, kami bersama teman-teman berusaha istiqomah untuk sedekah setelah Shalat Shubuh dan setiap Jumat kami melakukan bakti sosial. Semakin hari banyak yang peduli dengan upaya kami. Tidak hanya untuk para penderita kanker, Komunitas Sedekah Kita saat ini kami bergandengan dengan komunitas seperti Jumat Berbagi Berkah (JBB), One Care untuk support kami berbagi sembako, Rumah Luka, saat kita mengadakan khitan masal dan bahkan dari Direktur Rumah Sakit Dr. Oen Solo pernah memberikan bantuan kursi roda saat kami mendampingi pasien anak yang lumpuh”, tutur guru SMKN Ngadirojo tersebut.

“Sejak tahun 2013 ada 9 pasien kanker yang kami damping. Tiga diataranya sudah berpulang (meninggal dunia). Enam orang diantaranya sampai hari ini masih mengikuti program pengobatan dan khusus penderita kanker biasanya saya sendiri yang harus mendampingi karena saya yang mempunyai pengalaman penyakit tersebut”.

Perempuan berkerudung tersebut berharap dan terus memotivasi pada para penderita kanker, “Agar Beliau-beliau selalu pasrah, semeleh lahir batin, dan jangan ada rasa iri, dengki serta pikiran kotor teradap apa pun dan siapa pun walau yang Nampak buruk, tetapi selalu ambil sisi positifnya. Semua itu degan tujuan akag hati kita tetap bersih dan tidak terkotori. Kami mengajak teman-teman seperjuangan untuk selalu semeleh lahir batin. Semua orang bakal mati dan kita mati bukan karena kanker namun karena jatah hidup kita sudah habis. Untuk itu, ayo semangat untuk tebar kebaikan setiap saat”.

Bagikan

RELATED NEWS