Profesor Stanford Sebut Pekerja Jarak Jauh Lebih Rawan Digantikan AI

Redaksi Daerah - Kamis, 14 Desember 2023 17:11 WIB
Profesor Stanford Sebut Karyawan Remote Paling Beresiko Digantikan AI (Pexels)

JAKARTA - Saat masa pandemi COVID-19 terjadi, banyak karyawan yang bekerja secara work from home atau WFH atau bahkan memilih remote sampai sekarang. Namun, tampaknya karyawan yang bekerja jarak jauh akan segera menghadapi tantangan baru yang lumayan berat yaitu menjaga pekerjaan mereka tetap aman dari keberadaan teknologi artificial intelligence atau AI.

Nicholas Bloom, seorang profesor di bidang ekonomi di Universitas Stanford yang mempelajari soal pekerjaan jarak jauh menyebutkan bahwa mereka yang tidak bekerja dari kantor sama sekali beresiko kehilangan pekerjaan karena teknologi. Lebih lanjut, Bloom mengatakan penting bagi Anda untuk mengambil peran yang memerlukan interaksi secara langsung.

"Cara terbaik untuk melindungi diri Anda sebagai individu adalah dengan berperan yang memerlukan interaksi langsung, meskipun itu dilakukan setiap dua bulan sekali," Bloom mengatakan kepada Business Insider.

"Bertemu dengan rekan kerja, mengelola, atau membimbing setiap dua bulan sekali menciptakan aktivitas yang tidak dapat dilakukan oleh AI." lanjutnya.

Dikutip dari Bloomberg, saat ini 10% dari jumlah tenaga kerja di Amerika dan Eropa Utara adalah karyawan jarak jauh atau pekerja remote.

Khususnya, peran yang 100% berjarak secara permanen dan berulang-ulang memiliki risiko tertinggi digantikan oleh AI.

"Jika Anda berbicara tentang entri data, call center, SDM, payroll dan hal-hal yang sepenuhnya bisa dilakukan dari jarak jauh. Sebagian besar dari hal-hal tersebut mungkin akan digantikan oleh AI dalam lima hingga 10 tahun," katanya Bloom kepada Bloomberg.

Namun, kabar baiknya bagi manusia adalah robot tidak cukup praktis dalam menggantikan pekerja yang bekerja secara fisik.

"Jika saya melakukannya secara langsung, robot yang menggantikan saya akan sangat kikuk dan tidak akan pernah berfungsi." lanjut Bloom.

Hingga saat ini, perdebatan mengenai seberapa besar kemampuan AI untuk mengotomatisasi sebagian tenaga kerja global sebagai alat generatif terus berlanjut.

Data dari Pew Research Center bahkan menunjukkan AI dapat memengaruhi hingga 300 juta pekerjaan penuh waktu.

Pekerjaan yang memerlukan tenaga fisik dan keahlian khusus, seperti jasa perbaikan, perhotelan, pertanian, dan layanan kesehatan, menurut Pew Research, mungkin lebih aman dari penggantian AI.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 14 Dec 2023

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 14 Des 2023

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS