Tak Ada Lagi Kasus Baru Hepatitis A di Pacitan,  Sungai Kalingoro Diduga Jadi Sumber Masalah

AZ - Kamis, 11 Juli 2019 07:00 WIB
ilustrasi undefined

Halopacitan, Jakarta—Kementerian Kesehatan menyebutkan sudah tidak ada lagi penemuan kasus baru kejadian penyakit hepatitis A di Pacitan sejak 8 Juli 2019.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Wiendra Waworuntu menyebutkan total kasus penyakit hepatitis A di Kabupaten Pacitan menjadi 1.102 temuan dan tidak ditemukannya kasus baru lagi per 8 Juli 2019 pukul 08.00 WIB.

Dari total akumulasi jumlah kasus penyakit hepatitis A sejak 28 Mei 2019 lalu, persebaran terbagi di sembilan kecamatan di Kabupaten Pacitan.

Sebaran kecamatan tersebut antara lain Sudimoro 583 kasus, Sukorejo 116 kasus, Ngadirojo 192 kasus, Wonokarto 63 kasus, Tulakan 73 kasus, Bubakan 29 kasus, Arjosari 34 kasus, Tegalombo 6 kasus, dan Ketrowonojoyo 6 kasus.

Sementara untuk pasien yang dirawat di rumah sakit maupun Puskesmas juga sudah menurun drastis hanya menjadi tiga orang, yakni dua orang di Puskesmas Ngadirojo, dan satu orang di RS Darsono.

Hal tersebut dikarenakan memang penyakit hepatitis A tidak memerlukan perawatan khusus bila pasiennya masih dapat mengonsumsi dan menjaga asupan makan dengan baik.

Sungai Kalingoro

Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan dr Eko Budiono mengatakan, kuat dugaan virus Hepatitis A berasal dari air resapan kolam di sungai Kalingoro yang selama ini dikonsumsi warga di sekitar wilayah Sudimoro, Pacitan, Jawa Timur.

Dalam wawancara melalui saluran telepon, Selasa (09/07/2019), dr Eko Budiono sebenarnya tidak serta merta menyatakan virus Hepatitis A positif ada pada air sungai Kalingoro yang selama ini diambili warga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, MCK dan keperluan industri rumah tangga lainnya itu.

"Co-infeksi-nya sih begitu. Jadi kalau airnya itu mengandung bakteri E-coli, maka kemungkinan didekati Hepatitis virus A itu memang ada," kata dr Eko sebagaimana dilaporkan Antara.

Pernyataan itu dia sampaikan setelah sebelumnya mendapat laporan hasil uji laboratorium atas sampel air resapan sungai Kalingoro di Desa Sukorejo, Kecamatan Sudimoro yang selama ini menjadi sumber air baku warga di 10 desa setempat yang mengalami dampak kekeringan.

Hasil pemeriksaan sebelum dilakukan klorinasi, kata dr Eko, indeks bakteriologisnya E-coli yang didapat mencapai 2.400/100 mililiter.

Jumlah itu jauh melampaui nilai ambang batas yang ditoleransikan secara kesehatan sanitasi lingkungan, yakni 50/100 ml.

"Tapi setelah kami lakukan klorinasi ya Alhamdulillah, bakterinya bisa turun. Kemarin kami cek lagi indeks bakteriologisnya tinggal sekitar 48/100 mililiter. Di bawah 50/100 mililiter lah," kata Kepala Dinas Kesehatan Pacitan Dr Eko Budiono saat meninjau sumber air Kali Sukorejo, Kamis (4/7/2019).

Air sungai yang diresapkan secara sederhana pada struktur batu pasir di tengah sungai Kalingoro yang mulai mengering itu hingga kini masih tetap digunakan warga.

Pantauan lapangan, truk-truk pengangkut tangki air silih berganti mengambil air resapan itu untuk diangkut ke warga ribuan keluarga di desa-desa Kecamatan Sudimoro yang mengalami kekeringan.

Ada dua kolam resapan yang menjadi sasaran pengambilan air warga. Satu masih dikelola baik oleh warga sekitar dengan melakukan klorinasi secara rutin, dan satu lagi sedikit terlihat kotor.

Posisi kolam ada di jalur sungai yang mengering sebagian, namun masih muncul resapan dari air sungai yang menggenang dan merasuk melalui celah-celah kecil tumpukan batu pasir. Airnya tampak jernih bersih, juga tidak berbau.

Menurut pengakuan warga, air yang diambil menggunakan tandon air dan diangkut menggunakan truk itu dijual ke warga dengan harga Rp120 ribu isi tiga tandon dengan volume masing-masing sekitar 1.200 liter.

"Tidak ada perlakukan khusus. Air ini nantinya ya digunakan untuk semua kebutuhan rumah tangga. Ya untuk minum, masak, mandi cuci kakus, maupun kebutuhan lain," tutur Doni, warga Sudimoro yang menjual jasa suplai air bersih ke warga sekitar.

Air yang dia sedot dan dimasukkan ke tandon selanjutnya didistribusikan ke penduduk yang membutuhkan, dengan cara disuplai ke bak-bak penampungan rumah tangga biasanya berukuran besar, sehingga air yang ditampung dengan volume mencapai 2.000-3.000 liter itu bisa digunakan hingga dua pekan ke depan.

Bagikan

RELATED NEWS