Kebutuhan untuk mengetahui kesehatan dan tumbuh kembang anak di tengah pandemi merupakan hal yang tidak bisa ditawar. Posyandu mulai beroperasi lagi di Bulan Juli ini setelah beberapa Bulan vakum karena pandemi COVID-19. Hal unik yang dicermati dari kegiatan tersebut adalah bahwa masing-masing orang tua harus membawa sarung sendiri dari rumah untuk menimbang anaknya dan wajib patuhi protokol kesehatan.
Kamis (16/07/2020) di Desa Sukoharjo tepatnya di Dusun Jarum ibu-ibu kader Posyandu mengadakan penimbangan bayi dan balita. Mengingat saat ini masih masa pandemi sehingga pelayanannya tidak bisa maksimal.
“Biasanya dulu selain penimbangan balita, juga dilakukan penyuluhan kepada ibu-ibunya, namun saat ini masih masa pandemi untuk penyuluhan ditiadakan”, kata Nita salah satu kader posyandu kepada halopacitan.
Dalam statemennya Nita juga menegaskan bahwa penimbangan dilakukan di dalam ruangan dan masuknya secara bergantian, setelah penimbangan selesai meraka langsung dipersilahkan pulang dan tidak boleh berlama-lama. Ia juga menyampaikan bahwa setiap selesai penimbangan petugas langsung mencuci tangan dengan handsanitizer. Hal itu dilakukan dalam rangka pencegahan penularan COVID-19.
“Selain mematuhi protokol kesehatan, ibu-ibu membawa sarung sendiri-sendiri untuk penimbangan anaknya, kendalanya kadang yang masih kecil saat ditimbang takut dan menangis, karena biasanya pakai kotak kayu sekarang pakai sarung”, tambahnya.
Untuk memperlancar, dalam kegiatan tersebut Nita dibantu oleh kader lain yang mempunyai tugas masing-masing.
“Petugasnya sebanyak empat orang termasuk saya, diantaranya pelayanan di meja pendaftaran, pelayanan bagian penimbangan kemudian pelayanan bagian pencatatan dan konseling, dan pelayanan pemberian makanan tambahan”, tambah ibu tiga anak tersebut..
Lebih lanjut Nita mejelaskan bahwa kelompok posyandunya, melayani sekitar 37 anak dari dua dusun yaitu Dusun Jarum dan Dusun Nitikan.
“Alhamdulillah kegiatanya lancar semua bisa memenuhi aturan yang ditetapkan, semoga keadaanya segera kembali normal dan bisa melayani kegiatan posyandu secara maksimal”. pungkasnya penuh harap.
[{"id":2142,"title":"Pernah Gagal, Sujiarti Geluti Jamur Tiram, Omset Jutaan ","excerpt":"<p>Pandemi COVID-19 bukan saja memukul sendi kesehatan namun telah merambah hampir pada semua sendi kehidupan. Kreativitas manusia diuji bagaimana untuk bertahan dalam kondisi yang tidak menentu ini. Sujiarti, warga Pacitan terus berinovasi dan ketemulah jalan itu, jamur tiram menjadi jawaban.</p>","image_1":"1595111298243.jpeg","image_2":null,"image_3":null,"image_layout":null,"body":"<p>Pandemi COVID-19 bukan saja memukul sendi kesehatan namun telah merambah hampir pada semua sendi kehidupan. Kreativitas manusia diuji bagaimana untuk bertahan dalam kondisi yang tidak menentu ini. Sujiarti, warga Pacitan terus berinovasi dan ketemulah jalan itu, jamur tiram menjadi jawaban.</p>\r\n<p>Memulai sebuah usaha memang kadang tidak mudah, berbagai hal pun dicoba agar bisa mengetahui minat konsumen. Seperti halnya warga Pacitan, Sujiarti warga Desa Purworejo yang terus <em>trial and error</em>, dan akhirnya jamur tiram menjadi jawaban.</p>\r\n<p> “Awalnya melalui kelompok, dicoba dengan pengolahan pembuatan ektrak jahe, tetapi tidak berjalan akhirnya berhenti”, kata Sujiarti saat dihubungi halopacitan Jum’at (17/07/2020)</p>\r\n<p>Sujiarti menjelaskan, berbagai pertimbangan seperti pemasarannya sulit dan kurang diminati masyarakat, akhirnya mencoba budidaya jamur tiram yang pada saat itu belum ramai di masyarakat. Ia mengaku usaha yang digeluti tersebut dimulai sejak tahun 2007, dan saat ini omzetnya mencapai 2,5 juta per bulan.</p>\r\n<p>“Alhamdulillah, kalau jamur peminatnya banyak, sehingga hasil panennya per hari sampai 10-20 kg dan perbulan pendapatannya mencapai 2,5 juta”, imbuhnya</p>\r\n<p>Sujiarti sendiri awalnya petani dan ibu rumah tangga, tetapi berkat kerja kerasnya ia mampu mengembangkan usaha tersebut. Sujiarti didukung penuh oleh suaminya, Hendrat, yang berada di bawah naungan Kantor Ketahanan Pangan. Ia juga aktif mengikuti berbagai pelatihan yang diselenggarakan, untuk menambah wawasan dan inovasi usahanya.</p>\r\n<p>Saat produksinya mencapai 200 baglog dan setiap hari panen terus secara bergantian, untuk satu baglog bisa bertahan sampai tiga bulan masa produksi.</p>\r\n<p>‘Untuk jenisnya jamur tiram, karena selain mudah perawatanya tetapi minat masyarakat jenis tersebut sangat diminati oleh masyarakat,” tambahnya</p>\r\n<p>Kendala saat ini selain adanya pandemi tetapi sulitnya mencari serbuk gergaji yang cocok, maka akan berpengaruh terhadap produksinya sehingga berkurang dari biasanya.</p>\r\n<p>“Sulitnya mencari serbuk gergaji <em>(unthuk gergaji)</em> yang bagus dan pandemi ini, produksinya menjadi berkurang walaupun tidak banyak ”, pungkasnya.</p>","status":"P","publish_datetime":"2020-07-18T22:28:01.000Z","video_1":null,"created_at":"2020-07-19 05:28:18","updated_at":"2021-01-28 08:27:00","highlight":1,"slug":"pernah-gagal-sujiarti-geluti-jamur-tiram-omset-jutaan","view_count":642,"image_source":"halopacitan/peri","image_caption":"Jamur Tiram Sujiarti, Sukoharjo Pacitan","user_id":12,"special_report":null,"author_name":"Peri","image_1_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2142/1595111298243.jpeg","image_1_thumb_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2142/thumb_1595111298243.jpeg","image_1_medium_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2142/medium_1595111298243.jpeg","image_1_large_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2142/large_1595111298243.jpeg","image_2_url":null,"image_2_thumb_url":null,"image_2_medium_url":null,"image_2_large_url":null,"image_3_url":null,"image_3_thumb_url":null,"image_3_medium_url":null,"image_3_large_url":null,"url":"https://halopacitan.com/read/pernah-gagal-sujiarti-geluti-jamur-tiram-omset-jutaan","category":[{"id":2,"title":"Halo Warga","description":"","image":"halo_warga.png","created_at":"2017-12-03 09:18:14","updated_at":"2017-12-23 05:25:31","slug":"Halo-Warga","url":"https://halopacitan.com/kanal/Halo-Warga","image_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/2/halo_warga.png","image_thumb_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/2/thumb_halo_warga.png","image_medium_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/2/medium_halo_warga.png","image_box_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/2/box_halo_warga.png","pivot":{"category_id":2,"article_id":2142}}]},{"id":2113,"title":"Budianto, Pegusaha Cincau Hitam, Tetap Eksis di Tengah Pandemi","excerpt":"<p> Budianto (50 tahun) warga Dusun Gayam Desa Sidomulyo Kecamatan Kebonagung terus menekuni usaha rumahan cincau hitam. Di tengah kesibukannya sebagai Pengawas Pemilihan Kecamatan Kebonagung ia terus berusaha untuk membagi waktu, meneruskan usaha keluarganya yang turun temurun.</p>","image_1":"1593779970351.jpeg","image_2":null,"image_3":null,"image_layout":null,"body":"<p> Budianto (50 tahun) warga Dusun Gayam Desa Sidomulyo Kecamatan Kebonagung terus menekuni usaha rumahan cincau hitam. Di tengah kesibukannya sebagai Pengawas Pemilihan Kecamatan Kebonagung ia terus berusaha untuk membagi waktu, meneruskan usaha keluarganya yang turun temurun.</p>\r\n<p>Jumat (03/07/2020) halopacitan berkunjung ke rumah Budi. Di samping rumahnya tampak sebuah tong besar dengan pipa kecil berkeran di bagian bawahnya. Di dalam tong tersebut berisi cairan hitam mendidih dan berdiri di atas tungku perapian yang menyala. Seorang anak perempuan berumur belasan tahun sedang mengambil buih di permukaan cairan mendidih dengan menggunakan saringan. Disisi lain, tampak beberapa tong dan panci ukuran besar tergeletak di atas tungku yang tidak menyala. Tentu hal ini terlihat menarik dan mengusik banyak pertanyaan.</p>\r\n<p>Mas Budi, begitu biasa kami memanggilnya, mulai menuturkan apa yang sedang dia dan anaknya lakukan. “Ini cuma usaha rumahan produksi cincau hitam atau biasa disebut janggelan yang sudah turun temurun saya lakukan. Untuk produksi harian, saat ini hanya untuk pasar lokal saja. Dalam sehari hanya bisa satu tong besar ini jadi 8 ember ukuran 10 liter. Karena orang yang biasa membantu saya, kemarin setelah lebaran merantau ke Kalimantan,” ucapnya dengan gaya khas yang tegas.</p>\r\n<p>“Saat bulan Ramadhan kemarin, permintaan pasar sangat besar. Bisa sampai 30 ember dalam sehari. Itupun hanya permintaan pasar sini saja. Untung saat itu masih ada satu orang yang membantu, jadi permintaan pasar bisa kita penuhi. Kalau untuk pemasaran, sudah ada distributor yang mengambil ke rumah dan membawanya ke pasar Gawang. Sore baru saya ambil hasilnya atau mereka kirimkan ke rumah. Kalau untuk 1 embernya biasa dipatok harga Rp 75ribu” tutur pria bergelar Sarjana Pendidikan ini.</p>\r\n<p> “Dulu pernah ada permintaan pasar, untuk pasar Punung dan Wonogiri, tapi dengan harga yang sama per-embernya cuma bisa menutup modal dan distribusi, jadi tidak saya teruskan. Untuk bahan baku sendiri, tiap produksi satu tong butuh 6 kg daun cincau kering yang digiling halus. Buih yang terbentuk saat mendidih dan kita ambil pakai saringan, itu proses untuk mengambil residu daun cincau yang terlalu besar ukurannya.”</p>\r\n<p>Tak terasa sudah 2 jam kami berbincang, dan cairan di dalam tong tampak mengental. Setelah mengecilkan api di tungku, Budi pun mulai mengaduk cairan tersebut agar tidak mengeras. Kemudian dia membuka keran di bagian bawah tong dan mulai mengisi ember yang sudah dipersiapkan.</p>\r\n<p>“Kalau saat ini, cuma produksi harian saja yang saya lakukan. Mungkin besok kalau tahapan pemilihan kepala daerah sudah mulai padat jadwalnya, saya minta seseorang untuk membantu proses produksi”, ucap Budi yang juga aktif di pengawasan pemilihan Kecamatan kebonagung sejak tahun 2004 hingga sekarang.</p>","status":"P","publish_datetime":"2020-07-03T12:38:34.000Z","video_1":null,"created_at":"2020-07-03 19:39:30","updated_at":"2021-01-28 06:25:12","highlight":1,"slug":"budianto-pegusaha-cincau-hitam-tetap-eksis-di-tengah-pandemi","view_count":682,"image_source":"halopacitan/A. Tri Armansyah","image_caption":"Budi (50), Pengusaha Cincau yang tetap eksis di tengah pandemi","user_id":12,"special_report":null,"author_name":"A. Tri Armasyah","image_1_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2113/1593779970351.jpeg","image_1_thumb_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2113/thumb_1593779970351.jpeg","image_1_medium_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2113/medium_1593779970351.jpeg","image_1_large_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2113/large_1593779970351.jpeg","image_2_url":null,"image_2_thumb_url":null,"image_2_medium_url":null,"image_2_large_url":null,"image_3_url":null,"image_3_thumb_url":null,"image_3_medium_url":null,"image_3_large_url":null,"url":"https://halopacitan.com/read/budianto-pegusaha-cincau-hitam-tetap-eksis-di-tengah-pandemi","category":[{"id":2,"title":"Halo Warga","description":"","image":"halo_warga.png","created_at":"2017-12-03 09:18:14","updated_at":"2017-12-23 05:25:31","slug":"Halo-Warga","url":"https://halopacitan.com/kanal/Halo-Warga","image_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/2/halo_warga.png","image_thumb_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/2/thumb_halo_warga.png","image_medium_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/2/medium_halo_warga.png","image_box_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/2/box_halo_warga.png","pivot":{"category_id":2,"article_id":2113}}]},{"id":2110,"title":"Kekhawatiran Pak Suham, Tukang Cukur Ditengah Pandemi","excerpt":"<p>Dampak pandemi COVID-19 juga dirasakan oleh para penyedia jasa pangkas rambut. Pelaku usaha potong rambut di tengah pandemi, kadang merasa dilematis satu sisi mereka mengkhawatirkan kesehatannya di sisi lain untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.</p>","image_1":"1593615351493.jpeg","image_2":null,"image_3":null,"image_layout":null,"body":"<p>Dampak pandemi COVID-19 juga dirasakan oleh para penyedia jasa pangkas rambut. Pelaku usaha potong rambut di tengah pandemi, kadang merasa dilematis satu sisi mereka mengkhawatirkan kesehatannya di sisi lain untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.</p>\r\n<p>Seperti yang dirasakan oleh Pak Suham tukang potong rambut yang beralamat di Krajan, Desa Sirnoboyo, Kecamatan Pacitan, dan membuka usaha jasa potong rambut di Jl. KA. Buwono Keling, Sirnoboyo.</p>\r\n<p>“Ya kawatir mas adanya COVID-19 ini, tapi ya gimana lagi ini tetap buka soalnya satu-satunya pekerjaan saya potong rambut”, ungkap Suham kepada Halopacitan (01/7/2020)</p>\r\n<p>“Pas rawan-rawannya saya pernah tutup sampai lima hari mas, tapi setelah di rumah tidak ada penghasilan lain, takut tidak takut ya akhirnya buka lagi”, imbuh bapak dua anak ini.</p>\r\n<p>Hal tersebut memang wajar dirasakan oleh tukang pangkas rambut disaat pandemi COVID-19, karena disebabkan pekerjaan tersebut dilakukan dengan cara kontak langsung dengan para konsumennya. Untuk menyikapi hal tersebut Pak Suham berusaha sebisa mungkin melindungi diri dengan cara memakai masker saat memotong rambut pelanggannya.</p>\r\n<p>Belum lagi COVID-19 juga berpengaruh dengan menurunnya pelanggan yang datang sehingga mempengaruhi perekonomian yang mengkhawatirkan keluarga.</p>\r\n<p>Suham juga menjelaskan “Buka mulai pukul 09.00 sampai pukul 21.00 tiap hari, biasanya banyak pelanggan, sejak ada COVID-19 para pelanggan mulai berkurang bahkan pernah satu hari tidak dapat pelanggan, padahal sebelumnya satu hari pernah dapat Rp.70.000,00.” ujar bapak 44 tahun ini.</p>\r\n<p>Suham sendiri sebelumnya pernah membuka potong rambut di kota Surabaya saat lulus sekolah, namun pada empat tahun silam ia berpindah ikut istrinya Miftahul Janah ke Pacitan. Usahanya yang dilakukan memang termasuk baru di Pacitan sehingga perlu menyesuaikan dalam mencari pelanggan, terlebih dengan adanya COVID-19 pengaruhnya sangat dirasakan. Suham juga mengatakan bahwa istrinya sebenarnya pernah bekerja tetapi sejak tiga bulan lalu Miftakul janah diberhentikan dari pekerjaanya. </p>\r\n<p>“Ini satu-satunya usaha kami, mudah-mudahan kondisi ini segera pulih kembali normal, semua keluarga terhindar dari wabah ini“. pungkas suham penuh harap.</p>","status":"P","publish_datetime":"2020-07-01T14:55:30.000Z","video_1":null,"created_at":"2020-07-01 21:55:51","updated_at":"2021-01-28 08:26:30","highlight":1,"slug":"kekhawatiran-pak-suham-tukang-cukur-ditengah-pandemi","view_count":700,"image_source":"halopacitan/peri","image_caption":"Suham, Tukang Cukur Yang Berjuang di Tengah Pandemi COVID-19","user_id":12,"special_report":null,"author_name":"Peri","image_1_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2110/1593615351493.jpeg","image_1_thumb_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2110/thumb_1593615351493.jpeg","image_1_medium_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2110/medium_1593615351493.jpeg","image_1_large_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2110/large_1593615351493.jpeg","image_2_url":null,"image_2_thumb_url":null,"image_2_medium_url":null,"image_2_large_url":null,"image_3_url":null,"image_3_thumb_url":null,"image_3_medium_url":null,"image_3_large_url":null,"url":"https://halopacitan.com/read/kekhawatiran-pak-suham-tukang-cukur-ditengah-pandemi","category":[{"id":2,"title":"Halo Warga","description":"","image":"halo_warga.png","created_at":"2017-12-03 09:18:14","updated_at":"2017-12-23 05:25:31","slug":"Halo-Warga","url":"https://halopacitan.com/kanal/Halo-Warga","image_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/2/halo_warga.png","image_thumb_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/2/thumb_halo_warga.png","image_medium_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/2/medium_halo_warga.png","image_box_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/2/box_halo_warga.png","pivot":{"category_id":2,"article_id":2110}}]}]