Upaya Penghapusan Pernikahan Dini Ala Bidan Fika

SP - Sabtu, 01 Februari 2020 01:13 WIB
Program Kejari Ala Bidan Fika untuk Penghapusan Pernikahan Dini dan Anak di Pacitan undefined

Perempuan, yang bernama lengkap Anita Fika, lahir di Jombang 40 tahun yang lalu. Fika terkenal sebagai bidan yang rendah hati dan selalu bersemangat dalam melaksanakan kewajibannya. Lebih dari 20 tahun Fika mengabdikan diri sebagai Bidan Pelaksana Polindes Dadapan UPT Puskesmas Candi Kecamatan Pringkuku. Bukan hanya itu, ia aktif di berbagai gerakan untuk menekan pernikahan anak dan pernikahan dini di Kabupaten Pacitan.

Maraknya pernikahan dini dan pernikahan anak di Pacitan rupanya memberikan sumbangan signifikan tingginya angka perceraian di Pacitan. Dilansir dari laman Youtube Pemkab Pacitan Kamis (30/01/2020) Sumarwan menyampaikan, “Dari tahun ke tahun ada kecenderungan mengalami peningkatan, sebagaimana data yang kita sudah laporkan, untuk tahun 2018 itu adalah 1.117, kemudian perkara yang kita terima di tahun 2019 itu adalah 1.458, sehingga peningkatan yang cukup signifikan, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,” kata Sumarwan dalam wawancara khusus dengan Diskominfo Pacitan. Lebih lanjut, Sumarwan mengatakan kebanyakan kasus yang ditangani jajarannya masih kisaran usia produktif, dimana kebanyakan kasus atau perkara perceraian pada tahun 2019 didominasi di wilayah Kecamatan Tulakan dan Pacitan.

Realitas di atas terus mendapatkan perhatian Pemeritah Daerah Kabupaten Pacitan juga komponen masyarakat yang peduli dengan penghapusan pernikahan anak dan pernikahan dini. Salah satu contoh yang dilakukan oleh Fika, yang juga aktif sebagai guru TK dan TPA tersebut adalah dengan menjalankan program Kejari Ceria (Kelas Edukasi Remaja Putri Cerdas, Energik, Responsif, Inovatif dan Adaptif) untuk menurunkan angka kehamilan tidak diinginkan pada remaja.

“Kejari perlu dilakukan karena tingginya angka pernikahan dini dan pernikahan anak di Kabupaten Pacitan, rata-rata adalah karena hamil di luar nikah. Oleh karena itu, antisipasi yang dilakukan salah satunya dengan memberikan edukasi pada mereka sehingga sadar bahwa hamil itu berat, hamil itu butuh perjuangan psikis maupun fisik, dan lain-lain”, ucap perempuan yang juga pengurus Persaudaraan Muslimah Salimah itu.

“Sosialisasi yang kami lakukan biasanya melalui pertemuan PKK, forum desa, pertemuan karang taruna di masing-masing dusun, dan lain-lain. Awalnya saya menyampaikan materi dengan ceramah tetapi sangat tidak menarik bagi mereka bahkan yang hadir semakin hari semakin sedikit. Saya kemudian mencoba metode sosiodrama dengan pemera para remaja. Dengan barbell seberat 4 kg dililitkan pada perut dengan stagen kemudian remaja putri dimita untuk berjalan. Penyadaran bahwa hamil itu semakin hari perut semakin besar dan tentunya kandungan juga semakin berat, diumpamakan barbel yang mereka bawa”, ucap Fika saat ditanya strategi pemberian edukasi kepada remaja yang dilakukannya.

“Atas upaya kita bersama dalam menghapus pernikahan anak dan pernikahan dini di desa kami, Alhamdulillah telah mengantarkan Desa Dadapan sebagai Juara 1 Lomba Desa Siaga Aktif Tingkat Provinsi Jawa Timur. Tahun 2018, Alhamdulillah Allah memberikan hadiah kepada saya sebagai tenaga kesehatan teladan nasional kategori bidan. Tentunya saya sangat bersyukur atas anugerah ini”, tutup istri Yoni Kristanto, S.T., M.Si., tersebut pada halopacitan (30/01/2020).

Bagikan

RELATED NEWS