Forbes melalui The Real-Time Billionaires List pada 2 Agustus 2021 kembali merilis daftar orang terkaya di dunia yang berhasil mengumpulkan kekayaan lebih besar di periode pandemi ini.
Seperti dilansir dari Trenasia.com Senin (2/8/2021) Bernard Arnault. Pengusaha asal Prancis ini berhasil mendongkel posisi Jeff Bezos sebagai orang terkaya dunia beberapa waktu lalu. Kini kekayaan Arnault dan keluarga mencapai US$192,4 miliar atau sekitar Rp2,78 kuadriliun.
Bezos berada di tempat kedua dengan mengumpulkan total kekayaan selama pandemi COVID-19 sebesar US$192,4 miliar atau setara Rp2,77 kuadriliun.
Selain itu, ada nama-nama lain seperti Elon Musk dan Bill Gates yang masing-masing memiliki kekayaan senilai US$179,4 miliar dan US$131,6 miliar. Pendiri Facebook, Mark Zuckenberg kini menempati posisi kelima dengan total kekayaan US$128,2 miliar.
Tidak hanya merilis daftar orang terkaya dunia, Forbes juga membuat daftar konglomerat terkaya di Indonesia hingga 2 Agustus 2021. Di antara nama-nama tersebut, masih terlihat wajah lama, dengan sedikit perubahan tangga kekayaan dan juga total pendapatan mereka selama pandemi COVID-19.
Berikut daftar lengkap 10 konglomerat terkaya dan total kekayaan mereka seperti dilansir dari Trenasia.com Senin (2/8/2021):
1. Robert Budi Hartono
Berdasarkan rilis Forbes terbaru, total kekayaan Robert Budi Hartono (80) mencapai US$18 miliar atau setara Rp261 triliun. Kekayaan bos perusahaan rokok Djarum ini turun sebesar 0,40 persen dari akumulasi kekayaan sebelumnya sekitar Rp262,4 triliun.
Robert adalah seorang banker ulung yang memulai bisnis besarnya dengan membeli saham BCA ketika kehilangan kendali selama memasuki krisis ekonomi Asia pada 1997-1998. Kini Robert, dan kakaknya Michael Bambang Hartono, menjadi pemilik saham terbesar di bank tersebut, yaitu sekitar 51 persen.
Tidak hanya menekuni bisnis perbankan, kedua kakak-beradik ini juga terjun ke dunia bisnis lain seperti Polytron, real estate di Jakarta dan memiliki saham di sebuah startup gaming, yaitu Razer.
Dan yang terpenting, sebagai peminat olahraga bulutangkis, Robert mendirikan PB Djarum pada tahun 1969. Jauh sebelum itu, Robert membeli usaha kecil bidang kretek bernama Jarum Gramophon pada 1951 dan mengubahnya menjadi Djarum.
Perusahaan inilah yang kemudian ikut melambungkan kekayaan Robert dan menjadi perusahaan rokok terbesar di Indonesia.
2. Michael Bambang Hartono
Michael adalah kakak kandung dari Robert. Merintis usaha bersama dengan adiknya hampir di semua unit usaha, total kekayaan Michael kini mencapai US$17,3 miliar atau setara dengan Rp250,8 triliun.
Namun hingga Agustus ini, kekayaan Michael (81) menyusut sebesar US$69 juta.
Seperti adiknya, kekayaan Michael didominasi oleh investasi saham yang ditanamkan di BCA. Kemudian, kekayaan tersebut juga didapat dari Polytron dan juga Djarum.
3. Prajogo Pengestu
Forbes mencatat total kekayaan Prajogo Pangestu sebesar US$6,5 miliar setara Rp94,2 triliun. Kekayaan pengusaha karet ini melonjak sebesar 5,06 persen atau sekitar US$312 juta dalam beberapa hari terakhir.
Pengusaha 77 tahun ini memulai bisnis kayu di akhir 1970-an. Perusahaan miliknya yang bernama Barito Pacific Timber mulai dikenal secara publik pada 1993.
Kemudian, perusahaan berganti nama pada 2007 menjadi Barito Pacific usai mengurai penjualan dari bisnis kayunya. Di tahun yang sama, Barito Pacific kemudian mengakuisisi 70 persen perusahaan petrokimia Chandra Asri.
Chandra Asri kemudian bergabung dengan Tri Polyta Indonesia pada 2011 dan menjadi salah satu produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia.
Meski di awal pandemi saham Barito Pacific mengalami penurunan harga aset karena melemahnya permintaan global untuk petrokimia, namun sejak awal tahun harga sahamnya terlihat bergerak naik.
Taipan perkayuan yang pernah mendapatkan konsesi hutan seluas 6 juta hektar ini kini menaungi dua perusahaan, yaitu PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (PTIA).
4. Sri Prakash Lohia
Forbes mencatat kekayaan Lohia mencapai US$6,1 miliar setara Rp88,4 triliun. Kekayaan pengusaha tekstil dan petrokimia ini turun sebesar 0,21 persen atau sekitar US$13 juta.
Adapun sumber kekayaan pria 68 tahun berasal dari bisnis polyester bottle-grade (PET) dan petrokimia lainnya.
Dari namanya, Lohia merupakan keturunan India. Namun ia besar dan menjalani karier profesionalnya di Indonesia.
Pada tahun 1970-an, Lohia dan ayahnya bermigrasi dari India ke Indonesia mendirikan Indorama Corporation sebagai pembuat benang pintal.
Perusahaan tersebut sekarang menjadi pembangkit listrik tenaga petrokimia, membuat produk industri, seperti pupuk poliolefin, bahan baku tekstil, dan sarung tangan medis.
Lohia memang berasal dari keluarga kaya. Mengingat, adik laki-lakinya, Aloke Lohia, merupakan seorang miliarder di Thailand yang juga menjalankan PET Indorama Ventures Public Co.
5. Jerry Ng
Menurut Forbes, kekayaan Jerry Ng mencapai US$4,6 miliar setara Rp66,7 triliun. Akumulasi kekayaan bankir veteran ini turun sebesar 2,89 persen atau sekitar US$138 juta.
Adapun sumber utama penghasilan Jerry dapatkan dari saham di PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang kini lagi meroket. Pada 27 Juli 2021, misalnya, saham Bank Jao melejit 3,42% ke level harga Rp17.400 per unit dan menjadi level penutupan tertinggi sepanjang sejarah bank digital Indonesia.
Pada 2019, Jerry mengakuisisi saham Bank Artos untuk kemudian ditransformasi menjadi Bank Jago sebagai bank digital yang ingin berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan fintech yang masih dalam kelompok kecil dan menengah.
Jerry pernah memegang posisi teratas di Bank Danamon Indonesia dan BCA. Hingga memasuki Februari 2019, Jerry menjabat sebagai Direktur Utama Bank BTPN.
Tidak butuh waktu lama bagi Jerry Ng untuk menempati posisi tinggi di kalangan konglomerat Indonesia. Hanya dalam setahun dia berhasil merangkek ke tangga kelima konglomerat terkaya di tanah air.
Sebelumnya, tepatnya di awal 2020, Jerry masih berada jauh di belakang para taipan seperti Rober dan Michael bersaudara dan beberapa pengusaha kaya lainnya.
Forbes bahkan pernah mencatat kekayaan Jery menyentuh Rp5,48 triliun dalam sehari.
6. Chairul Tanjung
Forbes mencatat total kekayaan Chairul Tanjung sebesar US$4 miliar setara Rp58 triliun. Dalam beberapa hari terakhir, kekayaan bos Trans Corporation ini melejit naik sebesar US$28 juta atau 0,70 persen.
Nama Chairul Tanjung memang sudah sangat familiar di kalangan masyarakat Indonesia.
Chairul dikenal karena menerbitkan kartu kredit, mengoperasikan hypermart, dan menjalankan stasiun televisi.
Chairul memiliki Trans Retail atau dikenal dengan toko kelontong dengan merk Carrefour dan Transmart.
Kelompok konglomerat ini juga turut menguasai restoran franchise Wendy's di Indonesia dan franchise Versace, Mango, dan Jimmy Choo.
Tak hanya itu, dia juga menanamkan sahamnya di maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (GIAA).
7. Eddy Kusnadi Sariaatmadja
Eddy Sariaatmadja, pendiri PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK), memiliki kekayaan senilai US$3,8 miliar setara Rp55,1 triliun.
Eddy mendirikan perusahaannya pada 1983, dimana awalnya dia memulai bisnisnya dengan menjadi distributor komputer.
Dalam perjalanan, EMTEK pun dikenal memiliki jaringan media yang luas. Beberapa diantaranya televisi SCTV, Indosiar, dan O Channel, serta media digital.
8. Keluarga Dato' Sri Tahir
Dato' Sri Tahir, menurut Forbes, memiliki total kekayaan senilai US$3,4 miliar setara Rp49,3 triliun. Kekayaan bos Mayapada Group ini turun sebesar 0,08% atau sekitar US$3 juta.
Sumber kekayaan keluarga Dato Tahir berasal dari bisnis perbankan dan properti.
Mayapada Group dianggap sebagai sekelompok konglomerat yang memiliki minat yang sama pada dunia perbankan, perawatan dan kesehatan, dan real estate.
Keluarga ini memiliki saham di Bank Mayapada dan Maha Properti Indonesia yang terdaftar sebagai perusahaan properti yang terdaftar pada 2018. Selain itu, Tahir juga memiliki properti di Singapura termasuk perusahaan properti yang terdaftar di MYP.
9. Djoko Susanto
Forbes dalam rilisnya menyebutkan bahwa kekayaan Djoko Susanto kini mencapai US$2,3 miliar setara Rp33,3 triliun. Kekayaan pendiri Alfamart ini naik tipis 0,32% atau sekitar US$7 juta dalam beberapa hari terakhir ini.
Sumber utama pendapatan Djoko adalah bisnis ritelnya yang hampir menguasai pangsa pasar ritel di Indonesia. Tercatat sekitar 16 ribu toko di seluruh Indonesia.
Divisi propertinya, Alfaland, mengoperasikan Omega Hotel Management di seluruh Indonesia.
Djoko mula-mula memulai bisnisnya dengan mengelola rumah makan sederhana milik orang tuanya di sebuah pasar tradisional Jakarta pada usia 17 tahun.
Sedari muda, dia mulai bermitra dengan konglomerat rokok kretek di Indonesia, Putera Sampoerna, untuk membuka kios serupa. Kemudian, jaringan diskon dari supermarket.
Ketika Putera menjual bisnis rokoknya kepada Philip Morris International di 2005, Djoko membeli bisnis ritel itu dan mengembangkan Alfamart miliknya sampai sekarang.
10. Keluarga Mochtar Riady
Keluarga Mochtar Riady adalah salah satu konglomerat yang selalu mengisi top 10 orang terkaya Indonesia sejak lama.
Rilis Forbes terbaru menyebutkan kekayaan keluarga Riady mencapai US$2,1 miliar setara Rp30,4 triliun. Kekayaannya turun sekitar 1,7% atau US$37 juta dalam beberapa perdagangan terakhir.
Sumber kekayaan keluarga Riady berasal dari bisnis properti dan juga media.
Riady, 92, mendirikan Lippo Group, tetapi sekarang sudah diteruskan kepada kedua putranya, James Riady dan Stephen Riady. Lippo Group setidaknya memiliki 50 perusahaan dengan 50 ribu karyawan.
Aktivitasnya usahanya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di mancanegara, terutama di China, seperti Hong Kong, Guang Zhou, Fujian dan Shangai.
Riady diketahui memulai bisnisnya dengan membuka toko sepeda di kota kelahirannya, Malang, Jawa Timur. Di usianya yang masih muda, 22 tahun, dia juga membangun karir perbankannya yang sukses hingga periode krisis keuangan pada 1997.
Dalam perkembangan bisnisnya, keluarga Riady memiliki minat yang sama pada bisnis sektor pendidikan, perawatan dan kesehatan, ritel, real estate, dan perusahaan media.