YOGYAKARTA– Seluruh kampus swasta di Jogja masih membuka proses pendaftaran bagi mahasiswa baru. Namun trend-nya berjalan lambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan banyak calon mahasiswa yang tidak melakukan pendaftaran ulang.
Hal itu diungkapkan Rektor Universitas Widya Mataram (UWM), Edy Suandi Hamid. Menurutnya, jumlah pendaftar tidak mengalami penurunan atau masih sama seperti sebelumnya, namun hanya separuh saja yang mendaftar ulang, Edy mengatakan ada kemungkinan hal ini disebabkan kejahatan jalanan yang terjadi di DIY belum lama ini.
Lambatnya proses pendaftaran mahasiswa baru dan penurunan yang mendaftar ulang ini tidak hanya dirasakan oleh UWM. Kondisi yang sama juga dirasakan oleh kampus-kampus khususnya kampus swasta lainnya.
"Ini tidak terjadi di UWM saja, tapi sebagian besar (kampus lainnya juga) menyampaikan hal yang sama. Mudah-mudahan ini bukan dampak dari kejahatan jalanan," kata Edy.
Dirinya mengatakan secara umum jumlah pendaftar di UWM rata-rata lebih tinggi dari keseluruhan pendaftar di semua kampus swasta se-Yogyakarta. Meskipun begitu, proses pendaftaran masih terus berlangsung dan diharapkan ke depan akan semakin banyak pendaftar yang melakukan daftar ulang.
"Kita tidak tahu, apakah UWM terimbas registrasi ulang. Mudah-mudahan mereka menunda saja. Nanti baru kelihatan Juni atau Juli, sekarang belum kelihatan," ujar Edy.
Berdasarkan data yang sudah dihimpun, mahasiswa UWM saat ini banyak yang berasal dari DIY dan Jawa Tengah. Berbeda sebelumnya, di mana sebagian besar mahasiswa UWM berasal dari Indonesia bagian timur.
Sementara itu, dalam diskusi Mencari Alternatif Penanganan Kejahatan Jalanan yang Ramah Kaum Muda yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM bekerja sama dengan Youth Studies Centre, Direktur Youth Studies Centre, Oki Rahadianto Sutopo memaparkan pentingnya memahami terlebih dulu cara pandang kaum muda itu sendiri untuk menangani kejahatan jalanan.
"Sebagai bagian dari generasi yang berubah, kaum muda tidak dapat terpisahkan dari beberapa aspek seperti aspirasi masa depan dan dalam perubahan yang cepat, masif serta tidak semua kaum muda dapat berpartisipasi dan adaptif," katanya.
Di diskusi itu, Direskrimum Polda DIY Kombes Ade Ary Syam Indradi mengungkapkan pelaku kejahatan jalanan banyak dilakukan remaja usia sekolah dan disebabkan oleh banyak faktor.
Faktor tersebut yaitu faktor internal (salah dalam mengekspresikan diri atas permasalahan pribadi), lingkungan (pergaulan yang salah erat dengan kekerasan, obat-obatan dan miras), sekolah (kurangnya kualitas sekolah dan putus sekolah), keluarga (kurangnya perhatian dari orang tua, pelaku klitih didominasi berasal dari broken home), dan lain-lain.
"Pada 2022, jumlah kejahatan jalanan adalah 27 kasus dengan jumlah pelaku 43 orang. Status pelaku adalah 20 orang pelajar dan 23 orang pengangguran. Modusnya penganiayaan, sajam, pengeroyokan, dan pembacokan," ujar Ade. (*)