Halopacitan, Pacitan—Unit Damkar merupakan elemen penting. Mereka tidak hanya harus ada, tetapi harus siap 24 jam untuk bergerak cepat jika terjadi kobaran api di manapun.
Sayangnya, Unit Damkar Pacitan terkendala banyak hal. Salah satunya, mereka sampai saat ini hanya memiliki tiga mobil pemadam kebakaran. Itupun sudah tua-tua dan sering rusak.
Damkar hanya memiliki 3 unit pemadam kebakaran, yang satu unit itu sudah 20 tahun lebih, sedangkan yang dua sudah 10 tahun lebih," kata Bambang Supriyanto,SE ,Kepala Seksi Pengendalian dan Operasional Pemadam Kebakaran (Damkar) Pacitan saat ditemui Halopacitan Rabu (28/03/2018).
Tiga mobil yang dimiliki yakni Toyota Dina, Izuzu Elf dan Fuso. Satu unit kendaraan ditempatkan di Punung. Satu kendaraan dengan kapasitas 3.000 liter yang ditempatkan di Pacitan bahkan sering rusak. Sedang satu unit lagi berkapasitas 5.000 liter.
“Karena sudah puluhan tahun sudah waktunya untuk direhab, sementara untuk biaya rehab sendiri satu unit harganya Rp400 juta untuk yang kapasitas 3.000 liter,"imbuhnya
Padahal, menurut Bambang idealnya setiap kecamatan harus memiliki setidaknya satu mobil Damkar, satu mobil tangki suplai dan satu regu yang diisi 6 orang.
“Medan Pacitan berbukit-bukit, jika misal ada kejadian di Nawangan atau Bandar jika menunggu kami dari kota, bisa dua sampai tiga jam lebih baru sampai, itupun kalau medannya bisa diakses. Minimal setiap Kecamatan harus ada satu Pos Wilayah Menejemen Kebakaran (WMK),"jelasnya
Personel Damkar Pacitan juga minim. Mereka hanya diperkuat total 22 orang yang terdiri dari 11 PNS dan 11 Non-PNS. Dari jumlah itu hanya 16 yang setiap hari siap 24 jam, itupun terbagi di Pacitan dan di Pos Punung 2 orang.
Minimnya kekuatan ini menjadikan banyak kasus kebakaran yang tidak tertangani. Berdasarkan data yang ada setiap tahun rata-rata ada 9-10 kejadian kebakaran di Pacitan yang bisa tertangani. Sementara yang tidak bisa tertangani jumlahnya hingga dua kali lipat yakni mencapai 25 kasus.
Kerugian akibat kebakaran di Pacitan juga cukup tinggi, Bambang mencontohkan pada 2017 ada 14 kejadian kebakaran dengan kerugian kurang lebih mencapai Rp3,5 miliar, dimana kejadian terbanyak di rumah penduduk. Selain itu juga ada kebakaran PT TOP (Tunas Oetama Pacitan).
Sedangkan pada tahun 2018 Pabrik TOP juga di Donorojo kembali terbakar dengan kerugian kurang lebih berkisar Rp1,5 miliar dan merupakan kerugian paling besar.
Rian Santoso.SE salah satu petugas teknis Damkar non PNS mengaku, kesejahteraan juga minim. “Dengan upah Rp1,2 juta, selepas piket biasanya saya mencari tambahan penghasilan dengan jual beli motor bekas, itupun juga hanya sebatas perantara mas, soalnya kalau ngandalin gaji, seminggu saja sudah tidak muter,” katanya.
Evakuasi sarang tawon di rumah penduduk oleh tim Damkar Pacitan (sumber: Halopacitan/Istimewa)
Dia juga mengatakan selain sebagai pemadaman kebakaran, mereka juga melaksanakan tugas pencegahan, pemberdayaan masyarakat, dan saat ini yang sedang giat mereka lakukan adalah penyelamatan atau rescue.
"Dalam seminggu kita berlatih dua kali, itu juga tanpa pelatih, kita cuma otodidak melihat tutorial dari youtube, semata-mata karena kami ingin bekerja secara profesional sesuai dengan Panca Dharma Pemadam Kebakaran, yang kami jadikan pedoman."
Misi lain juga melakukan penyelamatan yang tidak terkait kebakaran. Seperti yang terjadi Selasa (27/03/2018) malam ketika mereka melakukan eksekusi sarang tawon diameter 40 cm dan panjang satu meter, di rumah warga di Jalan Panjaitan, Kelurahan Baleharjo.
Tim yang dipimpin langsung Kasi Dalop Bambang S tersebut menerjunkan 9 personel untuk eksekusi. “Alhamdulillah berjalan lancar," katanya. (Sigit Dedy Wijaya)