
Astagfirullah, di Pacitan Ada Komunitas Gay Beranggotakan Ratusan Orang
Pacitan yang dikenal sebagai salah satu kota santri ternyata juga mulai menghadapi masalah gay dan perilaku seksual menyimpang. Komunitas ini bahkan sudah beranggotakan ratusan orang.
Halo Berita
Halopacitan, Pacitan—Komunitas tersebut menjadi viral ketika ada salah satu grup di media sosial mengunggah komunitas gay di Pacitan yang jumlahnya mencapai 434 orang.
Menanggapi hal tersebut Ketua PCNU Pacitan KH. Mahmud mengatakan group lesbi, gay, biseksual dan transgender (LGBT) di media perlu pengawasan khusus, dan ketika dibiarkan mereka akan menjadi komunitas yang besar dan sulit untuk memberantasnya. Meski demikian, semua informasi tersebut perlu di konfirmasi terhadap pemilik akun yang telah mengunggah berita tersebut.
"Berita yang viral tersebut perlu dicek kebenarannya serta harus dikonfirmasi kepada pengunggah berita itu, supaya benar-benar valid terkait informasi group gay itu," ujarnya seusai gelar apel Hari Santri Nasional (HSN) Senin (22/10/2018).
Menurutnya, kelompok-kelompok LGBT tersebut biasanya berada di tempat-tempat senam, dan juga di tempat-tempat wisata. Selain itu juga melalui grup medsos tertutup yang nama-namanya tidak bisa dilihat oleh orang lain.
"Hal ini juga bisa menyasar anak-anak sekolah yang ada di pedesaan, karena ekonomi kurang, anak-anak ini juga bisa menjadi korban oleh mereka. Dan efeknya sangat buruk, khawatirnya karena sejak kecil dilatih seperti itu dan kalau tidak segera kita tangani kelak akan menjadi pelaku sendiri, jadi mata rantai ini harus kita putus," katanya.
Pihaknya juga menyarankan kepada para orang tua untuk lebih terbuka kepada anak-anaknya mengenai hal-hal tentang pengetahuan seksual. Ia juga menegaskan pendidikan seksual harus memberikan pencerahan kepada anak dan jangan dianggap sebagai hal yang tabu. "Jangan sampai anak-anak tersebut mendapat pengetahuan seks dari orang lain atau dari temannya," tegasnya.
Pada momen Hari Santri Nasional ini, Mahmud mengatakan santri sekarang sangat berbeda dengan yang dulu, santri milenial sekarang lebih mengedepankan bagaimana menyongsong masa depan dengan menuntut ilmu sebanyak-banyaknya. "Sehingga, kemungkinan terjadinya hal-hal seperti LGBT di kalangan santri sangat kecil sekali," ucap pria yang juga menjabat Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Pacitan tersebut.
Ia berharap para santri bisa menjadi tameng untuk menjaga agar jangan sampai terjerumus kepada perilaku-perilaku menyimpang seperti LGBT. Yakni, dengan cara selalu mendekatkan diri kepada Allah dan selalu menebalkan keimanannya.
Sementara, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pacitan H.M. Nurul Huda sangat prihatin dengan akan adanya komunitas gay di Pacitan. Hal itu menunjukkan perilaku seks menyimpang sudah merambah hingga ke kota kecil seperti Pacitan. Pihaknya sangat berharap dengan adanya madrasah ini bisa mampu menjadi tameng supaya LGBT tidak berkembang di Pacitan ini.
"Ada seorang masyaik mengatakan, jika Pacitan ini aura negatifnya lebih banyak, maka apa yang tidak kita inginkan akan terjadi. Makanya di madrasah itu pegangannya adalah 'benar dulu baru pintar' ketika benar dulu, akhlaknya akan menjadi lebih baik," ujarnya.
Dikatakannya, perilaku seperti LGBT memang sudah ada dari jaman Nabi Luth beserta para pengikutnya kaum sodhom dan ketika Allah murka maka bukan hanya kaum Sodhom saja yang terkena azabnya, tetapi semua terkena musibah dari hasil perbuatan mereka.
Hal ini juga harus jadi bahan perenungan di tengah banyaknya bencana yang menimpa negeri ini. "Kita banyak tahu dan mendengar pemberitaaan tentang musibah atau bencana alam, semua itu tidak lepas dari perilaku umat yang menyimpang. Semoga persoalan tersebut tidak akan terjadi di Pacitan. Hal yang utama, mari kita lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mempertebal iman serta senantiasa berdoa agar selalu dalam lindungan-Nya," tambahnya.
